Jatim
Kamis, 21 Juli 2016 - 10:05 WIB

KEMISKINAN JATIM : Penduduk Miskin di Jatim Turun 0,23%, Ini Faktor yang Memengaruhi

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi warga miskin (JIBI/Solopos/Dok.)

Kemiskinan Jatim diklaim turun berdasarkan data BPS.

Madiunpos.com, SURABAYA – Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur (Jatim) pada tahun ini turun 0,23% menjadi 12,05% dibandingkan tahun 2015 lalu yang mencapai 12,28% dari total penduduk provinsi setempat.

Advertisement

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Teguh Pramono, mengatakan penurunan jumlah warga miskin itu berdasarkan perbandingan data kemiskinan pada September 2015 dengan Maret 2016.

“Berdasarkan daerah kota dan desa, selama satu semester [September 2015 -Maret 2016] penduduk miskin di perkotaan turun 0,47%, sedangkan di pedesaan mengalami kenaikan 0,17%,” kata dia seperti dikutip dalam siaran pers, Senin (18/7/2016).

Advertisement

“Berdasarkan daerah kota dan desa, selama satu semester [September 2015 -Maret 2016] penduduk miskin di perkotaan turun 0,47%, sedangkan di pedesaan mengalami kenaikan 0,17%,” kata dia seperti dikutip dalam siaran pers, Senin (18/7/2016).

Teguh menjelaskan ada beberapa faktor yang memengaruhi penurunan persentase penduduk miskin tersebut, di antaranya selama periode September 2015-Maret 2016 terjadi inflasi 1,31%, harga beras turun 0,10% dari Rp9.702/kg menjadi Rp9.690/kg.

Selain itu, beberapa komoditas bahan pokok mengalami penurunan seperti telur ayam ras dan tempe, yaitu masing-masing turun sebesar 3,54% dan 0,17%.

Advertisement

Garis kemiskinan merupakan harga yang dibayar oleh kelompok acuan untuk memenuhi kebutuhan pangan sebesar 2.100 kkal/kapita/hari dan kebutuhan nonpangan esensial seperti perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan lainnya.

Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan sedikit lebih tinggi yakni meningkat 1,67% atau naik Rp5.297/kapita/bulan dari Rp316.464/kapita/bulan menjadi Rp321.761/kapita/bulan.

“Kenaikan di perkotaan ini sedikit lebih tinggi dari pada di pedesaan yakni di kota naik 1,7%, sedangkan garis kemiskinan di desa naik 1,68%,” jelas dia.

Advertisement

Peningkatan garis kemiskinan tersebut, meliputi garis kemiskinan makanan (1,68% untuk perkotaan dan 1,22% untuk perdesaan) dan garis kemiskinan bukan makanan (1,75% untuk perkotaan dan 3,11% untuk perdesaan).

Teguh menjelaskan, ada enam komoditas yang secara persentase memberikan kontribusi yang cukup besar pada garis kemiskinan makanan yaitu beras, rokok filter, gula pasir, telur ayam ras, tempe, dan tahu. Komposisi tersebut terjadi pada semua wilayah baik di pedesaan maupun perkotaan.

“Peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibanding peranan komoditi bukan makanan [perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan]. Pada Maret ini, kontribusi garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 73,49%,” ungkap dia.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif