Jatim
Selasa, 20 Oktober 2015 - 10:05 WIB

KEMARAU 2015 : Gara-Gara El Nino, Susu Jatim Turun 5%

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi sapi perah (Rachman/JIBI/Bisnis)

Kemarau 2015 yang berkepanjangan akibat fenomena alam El Nino membuat produksi susu Jatim susut 5%. 

Madiunpos.com, MALANG — Produksi susu di Jatim turun 5%-7% karena kurangnya pakan hijauan dan air. Kelangkaan hijauan dan air itu dipicu musim kemarau 2015 yang berkepanjangan akibat fenomena alam El Nino.

Advertisement

Wakil Ketua Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Jatim Sulistyanto mengatakan penurunan produksi susu Jatim itu terjadi sejak bulan Oktober 2015 ini. Pada September, 2015 lalu, penurunan produksi justru belum tampak.

“Produksi susu di Jatim sejak awal Oktober tinggal sekitar 840 ton per hari, sedangkan normalnya 900 ton per hari,” katanya di Malang, Senin (19/10/2015).

Advertisement

“Produksi susu di Jatim sejak awal Oktober tinggal sekitar 840 ton per hari, sedangkan normalnya 900 ton per hari,” katanya di Malang, Senin (19/10/2015).

Sebagai dampak dari musim kemarau 2015 yang berpanjangan akibat El Nino itu, di semua sentra peternakan sapi perah kesulitan pakan hijauan. Pakan hijauan banyak yang mengering karena panas mentari yang terik.

Di beberapa sentra peternakan sapi perah di Jatim, seperti di Grati, Kabupaten Pasuruan, mereka kekurangan air yang sebenarnya sangat vital untuk memenuhi kebutuhan minum ternak. Padahal asupan minum dan pakan hijauan yang cukup pada sapi perah sangat berpengaruh pada tinggi rendahnya susu.

Advertisement

Harga Pakan Naik
Pada saat normal, harga pakan hijauan hanya Rp400/kg, namun saat ini sudah meningkat hingga 100% menjadi Rp600/kg-Rp800/kg. Dengan harga pakan hijauan, maka peternak sapi perah sebenarnya merugi.

Dia mengilustrasukan, kebutuhan pakan hijauan untuk satu ekor sapi mencapai 30 kg, namun produksi susu hanya sekitar 9 liter-10 liter setiap hari dengan harga Rp5.300/liter. “Jadi sangat mepet. Kalau tenaga kerjanya semua dihitung, mungkin petani sudah merugi,” ujarnya.

Karena itulah, dia berharap, dalam situasi seperti itu pemerintah bisa segera turun tangan dengan membantu pakan ternak. Dengan cara dapat memberikan insentif bagi peternak untuk terus menekuni usahanya.

Advertisement

Perlu Langkah Strategis
Problem kekurangan pakan ternak sebenarnya setiap tahun akan datang bersamaan dengan datangnya kemarau.Karena itulah, perlu ada langkah strategis terkait dengan penyediaan pakan hijauan sapi perah saat memasuki kemarau. Caranya dengan menanam lahan-lahan kosong milik negara.

“Sesuai dengan Surat Menteri Agraria dan Tata Ruang yang menyebutkan bahwa peternak dapat memanfaatkan lahan kosong milik negara untuk ditanami rumput sebagai pakan hijau ternak,” ujarnya. Namun untuk membuka lahan kosong agar dapat ditanami rumput, dia akui, tidak mudah.

Perlu alat berat untuk mengolahnya. Karena itulah, pada tahap awal pemerintah dapat memberikan stimulus dengan mengolah lahan kosong tersebut. Setelah itu peternak akan menanam dan merawatnya. “Sebagai tahap awal, kami akan mendata tanah-tanah kosong milik negara di daerah,” ujarnya.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif