SOLOPOS.COM - Wakil Bupati Ngawi Dwi Irianto (nomor dua dari kiri) usai melakukan rapat koordinasi dengan BPBD Jawa Tengah, BPBD Karanganyar, BPBD Ngawi, dan BPBD Magetan, di Lapangan Ajinegoro,Desa Sidorejo, Kecamatan Kendal, Rabu (4/10/2023). (Solopos.com/Yoga Adhitama)

Solopos.com, NGAWI — Sudah sepekan kebakaran hutan dan lahan terjadi Gunung Lawu. Namun, api sampai hari ini belum juga padam. Padahal upaya pemadaman dengan berbagai cara, mulai dari manual hingga menggunakan water bombing pun telah dilakukan.

Pantauan Solopos.com di lokasi, Kamis (5/10/2023), kepulan asap masih terlihat di beberapa titik di Gunung Lawu. Helikopter water bombing masih hilir-mudik mengangkut air dan mengguyurkannya ke titik api yang masih membara.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Helikopter pun terlihat menuju ke arah perbatasan Ngawi-Karanganyar setelah mengambil air di Sengon Hills, Desa Girmulyo, Kecamatan Jogorogo, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Mbah Kosul, 62, warga lereng Gunung Lawu utara tepatnya di Desa Manyul, Kecamatan Jogorogo, mengatakan kebakaran kali ini merupakan yang terparah sepanjang ingatannya. Pasalnya, kebakaran sebelum-sebelumnya tidak sampai mendatangkan helikopter water bombing untuk memadamkan api.

“Seingat saya ini yang terparah mas, kalau dulu membuat ilaran dan digepyok saja sudah bisa [padam],” ujarnya, Kamis (5/10/2023).

Dia menjelaskan kebakaran yang pernah terjadi pada 2015 silam, api sempat sampai ke hutan produksi. Namun, kebakaran tersebut berhasil dipadamkan oleh masyarakat sekitar. Sedangkan luas lahan yang terbakar pun tidak sampai seluas kebakaran kali ini.

“Dulu sudah sampai hutan pinus itu, tapi tidak menyebar seluas ini,” katanya.

Terpisah, Wakil Bupati Ngawi, Dwi Rianto Jatmiko, mengatakan baru kali ini pemadaman kebakaran hutan dan lahan di Gunung Lawu menggunakan bantuan helikopter untuk water bombing. Padahal, kejadian sebelum-sebelumnya hanya dengan pemadaman melalui jalur darat pun sudah dapat diatasi.

“Baru kali ini parah, biasanya 2 sampai 10 hektare bisa dipadamkan konvensional, ini pakai water bombing,” kata Antok sapaan akrabnya.

Hal itu disampaikan Antok usai rapat koordinasi dengan BPBD Jawa Tengah, BPBD Karanganyar, BPBD Ngawi, dan BPBD Magetan, di Posko Helipad yang teretak di Lapangan Ajinegoro,Desa Sidorejo, Kecamatan Kendal, Rabu (4/10/2023).

Bencana kebakaran hutan di Ngawi kali ini merupakan yang terparah. Sebab, beberapa tahun kejadian karhutla di Lawu, Ngawi hanya mengalami dampak akibat titik api yang bermula di wilayah Magetan atau Karanganyar. Namun, kali ini Ngawi jadi titik utama munculnya api hingga berdampak pada daerah lain.

“Tahun ini terbalik, biasanya kejadian kebakaran kami yang kena dampaknya dari sumber api luar Ngawi seperti Magetan dan Karanganyar. Tahun ini beberapa kejadian sudah kami padam, tapi seminggu [sepekan] lalu dilakukan dengan teknik konvensional tidak bisa dilakukan,” jelas Antok.

Antok menambahkan pihaknya segera memikirkan dampak dari rusaknya 1.250 hektare hutan lindung di Gunung Lawu akibat terbakar.

“Akan segera kami ukur, karena ini yang terbesar dari beberapa kejadian karhutla di tahun-tahun sebelumnya,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya