Jatim
Minggu, 22 November 2015 - 13:05 WIB

KAMPUS MADIUN : Datangi Unika Wima Madiun, 30 Pelajar Jadi Cerpenis dan Penyair

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Puluhan pelajar dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi di Madiunraya mengikuti Workshop Penulisan Cerpen dan Puisi di ruang kuliah Unika Wima Madiun, Jl. Manggis No. 15-17, Kota Madiun, Jawa Timur (Jatim), Sabtu (21/11/2015) mulai pukul 08.00 WIB. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Madiunpos.com)

Kampus Madiun, Universitas Katolik (Unika) Widya Mandala (Wima) Madiun, menggelar acara Workshop Penulisan Cerpen dan Puisi.

Madiunpos.com, MADIUN – Sebanyak 30 pelajar dan mahasiswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi di Madiun Raya mengikuti Workshop Penulisan Cerpen dan Puisi di ruang kuliah kampus Unika Wima Madiun, Jl. Manggis No. 15-17, Kota Madiun, Jawa Timur (Jatim), Sabtu (21/11/2015) mulai pukul 08.00 WIB.

Advertisement

Pantauan Madiunpos.com, bukan hanya mendengarkan materi, puluhan peserta workshop yang digelar Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Unika Wima Madiun itu terlibat praktik membuat puisi dan cerpen. Mereka praktik dipandu dua pemateri sekaligus, yakni penyair kelahiran Madiun Panji Kuncoro Hadi dan Ketua Mejelis Sastra Madiun Arif Gumantia.

“Kegiatan ini untuk merayakan Bulan Bahasa 2015, selain untuk meningkatkan apresiasi sastra bagi pelajar dan mahasiswa. Kami libatkan mereka untuk membuat cerpen dan puisi, tidak perlu novel karena terlalu rumit, agar kembali tumbuh minat untuk menulis. Sedangkan untuk menulis, mereka tentu harus membaca,” kata Kaprodi PBSI Unika Wima Madiun, Rustiati, kepada Madiunpos.com, Sabtu.

Minat Baca Kendur
Rustiati menilai minat baca masyarakat, khususnya muda-mudi mulai mengendur. Menurut dia, fenomena tersebut tidak dipungkiri karena terpengaruh dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Rustiati berharap masyarakat mampu memanfaatkan produk teknologi dengan bijak, salah satunya untuk memperkaya perbendaharaan bahasa, wacana, ilmu, dan pengetahuan.

Advertisement

“Masyarakat memilih sendiri untuk malas membaca, misalnya saja cenderung lebih tertarik memainkan beragam aplikasi yang ditawarkan handphone canggih. Handphone tersebut padahal bisa dimanfaatkan dengan optimal untuk meraih beragam materi untuk meningkatkan perbendaharaan bahasa, wacana, dan lain sebagainya,” jelas Rustiati.

Rustiati resah banyak mahasiswa yang tidak mengetahui novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir Alisyahbana. “Saya bertanya kepada mashasiswa, tahu Layar Terkembang atau tidak? Jawabannya sama. Tidak tahu,” papar Rustiati.

 

Advertisement

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya
KLIK di sini untuk mengintip Kabar Sragen Terlengkap

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif