Jatim
Selasa, 14 Agustus 2018 - 06:05 WIB

Jatim Surplus Beras dan Jagung Berkat Mekanisasi Pertanian

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><span><strong>Madiunpos.com, SURABAYA</strong> — Kepala Dinas Pertanian Jawa Timur Hadi Sulistyo mengklaim sektor pertanian pada semester I/2018 mengalami pertumbuhan positif baik produksi maupun nilai penghasilan diterima petani.</span></p><p><span>Dia mengatakan peningkatan sektor pertanian tersebut didukung oleh faktor adanya program mekanisasi atau proses penananam hingga panen dengan menggunakan alat-alat mekanik <a href="http://madiun.solopos.com/read/20180811/516/933619/semburan-air-sidolaju-bukti-ngawi-punya-potensi-minyak-dan-gas" title="Semburan Air Sidolaju Bukti Ngawi Punya Potensi Minyak dan Gas">sehingga mempercepat</a> produksi dan meningkatkan efisiensi.</span></p><p><span>"Banyak petani yang mulai menerapkan mekanisasi. Kalau kita amati, dulu petani masih menggunakan cara-cara manual sehingga <em>lost</em> produksinya sampai 20%, sedangkan sekarang sudah banyak yang menggunakan <em>combain harvester</em> sehingga tingkat kehilangan produksinya bisa ditekan sampai 1%," jelasnya kepada <em>Bisnis/JIBI</em>, Senin (13/8/2018).</span></p><p><span>Dinas Pertanian Jatim mencatat selama Januari-Juli 2018, produksi padi Jatim mencapai 6,4 juta ton beras, sedangkan jumlah beras yang dikonsumsi masyarakat Jatim pada periode tersebut hanya 2,08 juta ton, sehingga Jatim surplus beras 4,3 juta ton.</span></p><p><span>Sedangkan produksi jagung pada periode yang sama menghasilkan 4,08 juta ton, dengan tingkat konsumsi 71.500 ton, sehingga surplus 4 juta ton.</span></p><p><span>Khusus untuk komoditas pertanian kedelai, selama Januari-Juli 2018 mengalami minus. Kebutuhan konsumsi kedelai Jatim yakni sebesar 261.000 ton, tetapi Jatim hanya mampu memproduksi 110.000 ton.</span></p><p><span>"Faktor kurangnya produksi kedelai ini karena memang petani enggan untuk menanam karena sudah banyak impor kedelai yang harganya lebih murah. Akhirnya petani beralih ke tanaman lain yang lebih menguntungkan," jelas Hadi.</span></p><p><span>Hadi menambahkan Pemprov Jatim telah mengusulkan kepada Badan Pusat Statistik (BPS) agar mendata sektor pertanian lebih detail dari <em>on farm</em> sampai <em>off farm</em> sehingga Nilai Tukar Petani (NTP) bisa tampak <a href="http://madiun.solopos.com/read/20180813/516/933876/5-atlet-kota-kediri-berlaga-di-asian-games-2018" title="5 Atlet Kota Kediri Berlaga di Asian Games 2018">lebih jelas dan akurat</a>.</span></p><p><span>Kepala BPS Jatim Teguh Pramono secara terpisah mengungkapkan NTP pada Juli 2018 turun 0,12% dari 105,50 menjadi 105,37. Penurunan terjadi karena indeks harga yang diterima petani lebih rendah dibandingkan kenaikan indeks harga yang harus dibayar petani.</span></p><p><span>"Sub sektor yang turun NTP adalah tanaman perkebunan rakyat turun 1,56%, tanaman pangan turun 0,07% dan sektor perikanan 0,54% serta hortikultura 0,04%. Yang mengalami kenaikan hanya sub sektor peternakan sebesar 1,29%," jelasnya.</span></p><p><span>Adapun 10 komoditas utama yang menyebabkan kenaikan <a href="http://madiun.solopos.com/read/20180813/516/933830/ditinggal-15-menit-vario-rp17-juta-lenyap-dicuri" title="Ditinggal 15 Menit Vario Rp17 Juta Lenyap Dicuri">indeks harga yang diterima</a> petani adalah cabai rawit, sapi potong, mangga, ikan lemuru, tomat, tongkol, teri, ketela pohon, telur ayam ras dan udang tangkap.</span></p><p><span>Sementara komoditas utama yang turun harga yakni bawang merah, tembakau, kubis, lele, jeruk, kopi, wortel, udang budidaya, tebu, dan bandeng.</span></p><p><strong>Silakan&nbsp;</strong><a href="http://madiun.solopos.com/"><strong>KLIK</strong></a><strong>&nbsp;dan&nbsp;</strong><a href="https://www.facebook.com/madiunpos/"><strong>LIKE</strong></a><strong>&nbsp;untuk lebih banyak berita Madiun Raya</strong></p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif