Jatim
Selasa, 24 November 2015 - 23:05 WIB

INVESTASI JATIM : Persepsi Investor Asing Terhadap Indonesia Belum Positif

Redaksi Solopos.com  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi investasi (JIBI/Harian Jogja/Dok.)

Investasi Jatim dipastikan belum menggembirakan mengingat persepsi investor asing terhadap Indonesia belum positif.

Madiunpos.com, SURABAYA — Menjelang penutupan tahun, persepsi investor asing terhadap Indonesia masih belum positif. Hal ini terkait dengan kondisi ekonomi negeri dan paket kebijakan ekonomi yang belum dieksekusi.

Advertisement

Managing Director Head of Global Markets HSBC Indonesia Ali Setiawan mengatakan minat investor yang bergerak di capital market di Indonesia mengalami penurunan tajam. Kendati tidak menyebut presentasenya, data HSBC menyebutkan pada tahun ini hampir tidak ada uang masuk dalam bentuk equitas.

“Yang ada adalah uang keluar. Investor mencabut investasinya dari Indonesia,” katanya di Surabaya, Senin (29/11/2015).

Advertisement

“Yang ada adalah uang keluar. Investor mencabut investasinya dari Indonesia,” katanya di Surabaya, Senin (29/11/2015).

Adapun uang masuk dalam bentuk bond pada tahun ini hanya bertambah Rp40 triliun. Jumlah tersebut dinilai tidak banyak apabila dibandingkan dengan jumlah tahun lalu yang bisa mencapai dua kali lipatnya.

Maret Ditarik
Dia menjelaskan dana portofolio investor asing sifatnya berputar. Apabila asing tidak melihat keuantungan investasi di Indonesia maka dana tersebut otomatis akan ditarik.

Advertisement

Menurutnya, elemen yang paling dibutuhkan investor asing adalah komitmen. Selama ini, pemerintah Indonesia dinilai tidak  memiliki komitmen terhadap peraturan yang dibuat, salah satunya adalah beberapa jilid paket kebijakan ekonomi yang ditelurkan.

Dari beberapa perusahaan yang di data HSBC, mereka belum dapat memanfaatkan satu pun dari relaksasi aturan paket kebijakan ekonomi. “Eksekusinya masih nol. Pemerintah kita terlalu reaktif terhadap sentimen negatif di luar sana tapi hanya sebatas gembar-gembor tanpa realisasi,” ujarnya,

Kondisi tersebut dinilai membahayakan untuk iklim investasi di Indonesia, terlebih bagi investor asing yang membutuhkan kejelasan. Salah satu contoh yaitu pemberian insentif pajak berupa tax holidat atau tax allowance yang belum dapat dinikmati.

Advertisement

Ali menilai kebijakan paket kebijakan ekonomi terlalu akademis dan idealis. Padahal ekonomi di Indonesia masih belum ideal. Implementasi paket kebijakan ekonomi dinilainya masih belum tersampaikan dengan baik di baik di tingkat pusat, daerah maupun kepada pelaku usaha.

Tak Sampai Daerah
Ketua Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Surabaya Mulyanto mengatakan hingga saat ini keterkaitan kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah masih minim. “Sinkronisasi harus sampai ke daerah karena investasi melibatkan perizinan di setiap daerah,” ujarnya.

Dia menerangkan, seharusnya Paket kebijakan ekonomi di pusat harus diteruskan kepada pihak terkait di daerah seperti Gubernur dan asosiasi pengusaha daerah.

Advertisement

Sebelumnya, Sekretaris Umum ISEI Aviliani menuturkan selama ini seringkali terdapat perbedaan pandangan di antara pemerintah pusat, daerah dan pengusaha yang pada akhirnya menghambat implementasi dan kesinambungan kebijakan.

Aviliani menekankan, paket kebijakan yang sudah dirilis memang belum bisa dirasakan dalam jangka pendek. Hal inilah yang kemudian memicu kritisi dari pihak pengusaha. Pasalnya para pelaku bisnis juga membutuhkan kebijakan bersifat jangka pendek yang dapat segera dirasakan dampaknya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif