SOLOPOS.COM - Ilustrasi inflasi (JIBI/Solopos/Antara)

Inflasi Jatim pada Juli 2015 mencatatkan posisi Jember sebagai yang terburuk.

Solopos.com, JEMBER — Angka inflasi Jatim selama beberapa waktu terakhir ini senantiasa bisa ditekan lebih rendah ketimbang angka inflasi nasional. Namun, tak demikian halnya dengan Jember—salah satu daerah pantauan inflasi di Jatim—yang pada Juli 2015 lalu menjadi juara inflasi di Jatim.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Angka inflasi Kabupaten Jember pada bulan Juli 2015 lalu mencapai 0,94%. Angka itu melebihi angka inflasi nasional pada bulan sama yang hanya 0,93%. Angka itu bahkan jauh di atas angka inflasi Jatim yang 0,51%.

“Tingginya angka inflasi itu dipicu dari kelompok bahan makanan sebesar 0,70%; makanan jadi, minuman dan rokok [0,02%]; serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan [0,27%],” papar Sekretaris Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jember M. Thamrin, di Jember, Jumat (7/8/2015).

Berdasarkan jenisnya, 10 komoditas penyumbang inflasi tertinggi pada bulan Juli 2015 di Jember adalah angkutan antarkota, daging ayam ras, udang basah, tongkol pindang, sabun deterjen bubuk maupun cair, terong panjang, tempe, cumi-cumi, bayam dan beras. “Sedangkan komoditas penyumbang deflasi tertinggi adalah bawang merah, bahan bakar rumah tangga, emas perhiasan, baju kaus berkerah, celana panjang jin, kecambah, semen, kelapa dan jaket,” tuturnya.

Menurut dia, terjadi kenaikan harga yang cukup signifikan pada komoditas daging ayam ras yang mencapai 15,03%, daging ayam kampung 11,20%, daging sapi 2,60%, beras 0,59%, telur ayam ras 1,47% akibat meningkatnya permintaan masyarakat menjelang Lebaran 2015. Inflasi juga dipicu peningkatan tarif kereta api sebesar 5,41%, tarif listrik 0,03%, rokok kretek 0,15%, rokok putih 0,08%, dan rokok kretek filter 0,07% dalam rangka penyesuaian harga rokok menyusul rencana kenaikan tarif cukai dan pajak pertambahan nilai oleh pemerintah pada tahun 2015.

“Inflasi terutama juga dipicu oleh kenaikan tarif angkutan antar kota sebesar 24%, kendaraam carter 7,57%, tarif travel 10,42% yang disebabkan meningkatnya jumlah penumpang pada momen libu Lebaran 2015 dan juga diduga karena ditutupnya bandara akibat dampak abu vulkanis yang berasal dari erupsi Gunung Raung sehingga penggunaan jalur darat (travel dan angkutan antar kota) semakin meningkat,” paparnya.

Seluruh kabupaten atau kota yang memiliki IHK di Jatim mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Jember sebesar 0,94%, diikuti Kabupaten Sumenep sebesar 0,86%, Kota Madiun sebesar 0,83%, Kota Probolinggo sebesar 0,70%,, Kabupaten Banyuwangi 0,62%, Kota Malang 0,57%, dan Kota Kediri 0,52%. Inflasi terendah dicatatkan Kota Surabaya yang hanya 0,38%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya