SOLOPOS.COM - Ilustrasi pesawat di Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo, Jawa Timur. (JIBI/Solopos/Antara/Eric Ireng)

Inflasi Jatim diprediksi memburuk pada akhir April ini.

Madiunpos.com, SURABAYA — Setelah menembus salah satu rekor inflasi tertinggi di Pulau Jawa pada Maret 2015, Provinsi Jawa Timur diproyeksi bakal mencetak angka kenaikan indeks harga konsumen yang lebih tinggi pada bulan berikutnya.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur memprediksi inflasi April daerah tersebut akan lebih tinggi dari 0,31%. Pemicu utamanya adalah faktor penyesuaian harga diatur oleh pemerintah (administered price).

Deputi Kepala Perwakilan BI Jatim Suko Wardoyo mengatakan provinsi beribu kota Surabaya itu memiliki karakteristik yang sedikit berbeda ketimbang daerah lain. Di Jatim, sumber inflasi tidak didominasi oleh volatile foods.

“Sumber inflasi di Jatim memang dari sisi administered price. Beberapa bulan terakhir oleh tarif angkutan udara. Mungkin pada April pemicu [inflasi] adalah tarif angkutan darat, yaitu kereta api,” jelasnya kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI), Senin (20/4/2015) sore.

Dia mengaku Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) tidak dapat berbuat banyak untuk mengatasi tekanan inflasi yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah pusat. Itulah yang menyebabkan inflasi Jatim bulan lalu jauh di atas rerata nasional pada level 0,17%.

“Selama itu bukan dikendalikan oleh pemerintah provinsi atau pemerintah kota, kami hanya bisa mengimbau kepada pemerintah pusat bahwa kebijakan yang ditempuh dengan menaikkan harga akan memberikan dampak kepada inflasi di Jatim, khususnya di Surabaya.”

Selaku ibu kota provinsi, kata Suko, Surabaya pun memiliki faktor pemicu inflasi yang berbeda dari daerah lain. Inflasi Surabaya pada Maret menembus 0,36%, lebih tinggi dari ibu kota provinsi lain di Pulau Jawa.

Penumpang Angsutan Menyusut
Suko mencontohkan di Surabaya terjadi pergeseran preferensi penumpang angkutan udara, dari tarif low cost ke normal rate. Salah satu pemantiknya disebut-sebut adalah efek psikologis dari kecelakaan AirAsia QZ8501 akhir 2014 lalu.

Ketika terjadi pergeseran tersebut, timbul tekanan terhadap tarif angkutan udara dari Surabaya. “Nah, itulah yang dicatat oleh Badan Pusat Statistik [BPS]. TPID tidak bisa mengatasi hal itu, karena kenaikan harga lebih dipengaruhi oleh permintaan.”

Untuk April, Suko memprediksi tekanan inflasi Jatim masih akan tinggi, dipicu oleh kenaikan tarif kereta api, elpiji, dan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) awal bulan ini. Dia bahkan meperkirakan tingkat inflasi bulan ini akan lebih tinggi ketimbang bulan lalu.

“Jadi itu yang akan menyebabkan inflasi Jatim tinggi, walaupun tekanan volatile foods sudah menurun karena musim panen padi sudah dimulai. Namun, setelah kami timbang, dampak administered price tetap akan lebih besar, sehingga inflasi April cukup tinggi.”

BPS Jatim akan melansir indeks harga konsumen (IHK) April pada awal Mei. Sebelumnya, Kepala BPS Jatim Sairi Hisbullah memperingatkan inflasi provinsi tersebut mulai merayap ke zona rawan, dipicu oleh lonjakan tarif angkutan udara di Surabaya (0,97%).

Lonjakan inflasi yang melampaui ekspektasi itu langsung diterjemahkan BPS sebagai lampu kuning bagi Pemprov Jatim. Sebab, pada Februari Jatim justru menorehkan deflasi cukup dalam (-0,52%) dan pada Januari inflasinya cukup rendah (0,20%).

“Pada Maret, harga bahan pokok di Jatim deflasi 0,35%. TPID terbukti berhasil mengendalikan harga. Namun, kinerjanya belum maksimal karena penurunan harga pangan di tingkat nasional mencapai 0,73%,” sebut Sairi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya