SOLOPOS.COM - Perajin mebel asal Jepara membuat mebel di Magetan, Senin (6/7/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Siswowidodo)

Industri mebel terkendala bahan baku, ekspor mebel pun terancam anjlok.

Madiunpos.com, SURABAYA — Proyeksi peningkatan nilai ekspor mebel hingga mencapai US$2 miliar tahun ini terancam gagal akibat terhambat adanya regulasi atau pengetatan impor bahan baku terutama dari hasil hutan.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (Amkri), Abdul Sobur mengatakan jika impor bahan baku penunjang mebel dipersulit, diperkirakan nilai ekspor berpotensi turun. Di awal tahun ini saja, lanjut Sobur, ekspor mebel sudah tampak ada penurunan hingga 6%.

“Contoh bahan baku impor yang sulit masuk ini seperti kayu cerry, oak, dan mapple yang memang tidak tumbuh di Indonesia, sedangkan buyer terutama dari Amerika ingin memesan mebel dengan menggunakan bahan yang sesuai dengan iklim di sana,” jelasnya di sela-sela Musda DPD Amkri Jatim, Selasa (26/1/2016).

Dia menjelaskan, dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No.97 Tahun 2015 terdapat ketentuan izin impor hasil hutan yang mengharuskan untuk memiliki rekomendasi dari Kementerian Kehutanan. Hanya saja, lanjut Sobur, setiap mengurus rekomendasi impor bahan baku di Kemenhut, pengusaha diminta mencari data dan informasi secara detail terkait hasil hutan tersebut.

Sobur menambahkan, saat ini diketahui Kemenhut juga telah menyetujui aturan ekspor kayu mentah yang luas penampang awalnya hanya boleh berukuran 4.000 mm kini diperbesar menjadi 50.000 mm.

“Amkri menolak aturan itu karena akan menganggu kinerja produksi barang jadi, terutama pasokan bahan baku akan habis. Katanya gencar hilirisasi, tapi bahan baku kok mau dijual keluar,” imbuhnya.

Adapun kinerja ekspor mebel dalam beberapa tahun terakhir ini sudah mengalami penurunan. Pada 2014, tercatat realisasi nilai ekspor mebel mencapai US$1,9 miliar, pada 2015 malah turun menjadi US$1,7 miliar.

“Kami berharap tahun ini kinerja ekspor mebel bisa menjadi US$2 miliar dan bisa mencapai US$5 miliar pada 2019. Berharap hambatan-hambatan ini bisa diatasi pengusaha mebel,” imbuh Sobur.

Komitmen Jatim
Ketua Amkri Jatim Nur Cahyudi mengatakan untuk Jatim tahun 2016 ini akan berkontribusi sama seperti tahun lalu terhadap kinerja ekspor. Selama ini Jatim berkontribusi hingga 40%, dan sisanya disusul Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten.

“Meski kami proyeksikan kinerja ekspor meningkat, tetapi tahun ini industri mebel di Jatim juga terganggu dengan isu lokal yakni upah pekerja yang naiknya sangat tinggi tentu ini mempengaruhi daya saing akhirnya,” imbuhnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya