SOLOPOS.COM - Ilustrasi penjemuran tembakau (JIBI/Solopos/Dok.)

Industri Jatim tercoreng oleh rendahnya pertumbuhan industri mikro dan kecil yang lebih rendah daripada rerata nasional. Mengapa rendah?

Madiunpos.com, SURABAYA — Industri mikro dan kecil di Jawa Timur pada triwulan I/2015 mengalami pertumbuhan lebih lambat dibandingkan rerata nasional. Salah satu penyebab lambatnya pertumbuhan IKM Jatim itu adalah tekanan pada sektor pengolahan tembakau yang terus berlanjut sejak kuartal pertama tahun 2014 lalu.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, pertumbuhan produksi industri manufaktur skala mikro dan kecil di provinsi tersebut mencapai 4,33% pada kuartal pertama 2015, naik 0,59% dibandingkan pertumbuhan 3,74% pada periode yang sama tahun lalu.  Angka tersebut masih lebih rendah 1,22% dibandingkan rerata pertumbuhan produksi industri mikro kecil di tingkat nasional (year-on-year) pada level 5,65%.

Penyebabnya utama lambatnya pertumbuhan IKM Jatm itu adalah banyak sektor andalan Jatim yang tumbuh negatif lebih dari 5%. Pertumbuhan industri pengolahan tembakau terkoreksi 11,41%; komputer, barang elektronik, dan optik turun 17,26%; pengolahan lain merosot 16,17%; farmasi, produk obat kimia dan tradisional melambat 6,08%; serta minuman melemah 5,62%.

Kenaikan Tarif Cukai
Menurut Kepala BPS Jatim Sairi Hisbullah, industri pengolahan tembakau menunjukkan gejala pelemahan sejak triwulan pertama tahun lalu. Dia mengatakan pelemahan itu mencapai titik terendah pada triwulan IV/2014, dan terus berlanjut pada periode berikutnya.

“Penyebabnya, pemerintah memastikan akan kembali menaikkan tarif cukai rokok dari 8% menjadi 10% pada tahun ini, dan diperkirakan kenaikan tersebut mulai diberlakukan pada Juli. Padahal, sejak Januari tarif cukai rokok sudah naik,” jelasnya, Rabu (20/5/2015).

Sejumlah kebijakan lain juga disinyalir menjadi faktor pendorong koreksi pertumbuhan industri berbasis tembakau di Jatim. Akibatnya, terang Sairi, semakin banyak perusahaan rokok skala mikro dan kecil yang gulung tikar di provinsi itu.

Jatim Penyumbang Terbesar
Anggota Asosiasi Tembakau Indonesia (ATI) Jatim H.M. Erlambang memproyeksikan tahun ini akan menjadi periode kelam bagi industri berbasis tembakau di provinsi itu. Penurunan terdrastis sudah terjadi sejak rerata cukai rokok dinaikkan menjadi 8,72% pada Oktober 2014.

Tahun lalu saja, sambungnya, sudah ada lebih dari 300 pabrik rokok skala mikro dan kecil di Jatim yang tutup. Berbanding terbalik, target kenaikan penerimaan negara dari cukai rokok tahun ini justru dinaikkan 8% dari target tahun lalu menjadi Rp120,5 triliun.

Sekadar catatan, Jatim adalah penyumbang terbesar (lebih dari 50%) penerimaan negara dari cukai rokok. Tahun lalu, kontribusi cukai rokok dari Jatim dilaporkan mencapai lebih dari Rp90 triliun.

“Tekanan industri tembakau skala kecil terutama disebabkan karena kenaikan harga cukai itu. Seharusnya kenaikan 5% saja sudah cukup [untuk mengejar target penerimaan]. Sementara itu, margin dan biaya produksi industri harus ditutup dari 30% harga jual,” keluhnya.

70% Untuk Cukai
Sebagai gambaran, rata-rata biaya produksi satu pak rokok di Jatim adalah Rp10.000. Sejumlah 70% di antaranya dihabiskan untuk membeli pita cukai. Sisanya mau tidak mau harus dicukupkan untuk biaya produksi yang sudah mencakup margin.

Dia menambahkan meskipun pemerintah menjanjikan kenaikan cukai rokok hanya akan menyasar industri-industri skala besar besar, pada kenyataannya industri skala menengah dan kecil yang harus bersaing di lini harga murah juga terdampak.

“Di satu sisi, dengan adanya kenaikan cukai ini industri rokok menengah ke bawah ada peluang. Namun ternyata, meski mereka hanya menjual Rp6.000/pak, tetap saja Rp4.000 di antaranya habis untuk bayar banderol cukai. Akhirnya, dampaknya sama saja.”

Ada Yang Naik
Pada perkembangan lain, BPS melaporkan industri mikro dan kecil di Jatim yang berhasil menorehkan pertumbuhan di atas 5% pada triwulan I/2015 a.l. bahan dan barang kimia yang naik 27,53%; jasa reparasi dan pemasangan mesin dan peralatan 23,3%.

Industri galian bukan logam juga tercatat tumbuh positif 16,4%; mesin dan perlengkapan YTDL melesat 14,15%; kayu dan barang dari kayu dan gabung barang anyaman dari bambung, rotan dan sejenisnya juga naik 11,81%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya