SOLOPOS.COM - Proklamasi dibacakan langsung oleh Presiden RI pertama, Ir. Soekarno, di kediamannya (kemdikbud.go.id)

Solopos.com, SURABAYA — Setiap tanggal 17 Agustus, seluruh elemen masyarakat di Republik Indonesia memperingati HUT Kemerdekaan. Pada 2023 ini, Indonesia berusia 78 tahun. Berbagai kegiatan dilakukan untuk memperingati hari bersejarah tersebut.

Kemerdekaan Indonesia dari jeratan penjajahan tidak bisa dilepas dari peran para pahlawan yang telah berkorban menaruhkan jiwa dan raga untuk kepentingan bangsa. Ada banyak pahlawan yang berperan dalam kemerdekaan.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Dari sekian banyak pahlawan, ada sejumlah pahlawan yang berasal dari Jawa Timur. Berikut ini beberapa pahlawan kemerdekaan yang lahir di Jatim:

  1. Ir. Soekarno

Ir. Soekarno merupakan presiden pertama Republik Indonesia yang lahir pada tanggal 6 Juni 1901 di Surabaya, tepatnya di Jalan Peneleh Gang Pandean IV No. 40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya. Soekarno menjadi salah satu tokoh perjuangan yang memiliki peran penting dalam memerdekakan bangsa Indonesia saat zaman kolonialisme.

Mengutip dari laman kepustakaan-presiden.perpusnas.go.id, Soekarno atau yang akrab disapa Bung Karno ini tinggal di Surabaya mulai dari SD hingga kemudian sekolah di Hoogere Burger School (HBS). Setelah lulus dari HBS pada tahun 1920, Bung Karno melanjutkan pendidikannya ke Technische Hoogeschool (THS) atau yang sekarang dikenal menjadi ITB di Bandung, Jawa Barat. Bung Karno berhasil menyelesaikan studi pendidikannya dan meraih gelar insinyur (Ir) pada tanggal 25 Mei 1926 atau di umurnya yang ke-25 tahun.

Cita-citanya untuk mengantarkan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan tidak serta-merta mulus. Ia bahkan pernah dimasukkan dalam penjara Sukamiskin di Bandung pada tanggal 29 Desember 1929 selama kurang lebih delapan bulan dan kemudian baru disidangkan.

Berbagai cara dilakukannya agar masyarakat Indonesia dapat lepas dari jeratan penjajah, hingga akhirnya proklamasi kemerdekaan Indonesia dikumandangkan di serambi depan rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta Pusat pada tanggal 17 Agustus 1945.

  1. Dr. Soetomo

Dr. Soetomo terlahir dengan nama Soebroto. Ia lahir pada tanggal 30 Juli 1888 di Desa Ngepeh, Kabupaten Nganjuk, Jatim. Saat itu, dirinya tinggal bersama kakek dan neneknya, yang saat itu menjabat sebagai Kepala Desa Ngepeh.

Mengutip dari buku yang berjudul Dokter Soetomo Pemikiran dan Perjuangannya yang diterbitkan oleh Museum Kebangkitan Nasional Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 2013, ada alasan di balik perubahan nama Soebroto menjadi Soetomo. Hal ini didasari oleh tidak diterimanya Soebroto, sedangkan anak kandung pamannya yaitu Sahit diterima di Europeesche Lagere School (ELS) atau yang dikenal Sekolah Rendah Belanda di Bangil, Pasuruan. Oleh karena itu, pamannya mengubah nama Soebroto menjadi Soetomo dan diakui sebagai adik Sahit, yang mana diterima oleh kepala sekolah ELS.

Soetomo juga mendirikan organisasi Boedi Oetomo sesuai saran Wahidin Soedirohoesodo bersama rekan-rekannya di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) pada tanggal 20 Mei 1908. Berdirinya organisasi yang bergerak di bidang sosial hingga budaya ini menjadi awal pergerakan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Bahkan tanggal berdirinya Boedi Oetomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional di Indonesia.

  1. Abdul Halim Perdanakusuma

Abdul Halim Perdanakusuma lahir di Sampang, Madura pada tanggal 18 November 1922. Dikutip dari laman tni-au.mil.id, Abdul Halim Perdanakusuma telah menempuh studi pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Semarang pada tahun 1934, Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Surabaya pada tahun 1938, dan melanjutkan pendidikan Pamong Praja Hindia Belanda (MOSVIA) di Magelang. Namun, menjelang akhir tahun 1939, terjadi Perang Dunia II di Eropa yang mana mengharuskannya wajib militer oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Abdul Halim memiliki peran penting dalam kemerdekaan Indonesia karena jasanya memimpin operasi pemboman ke Kota Ambarawa, Salatiga, dan Semarang yang saat itu diduduki oleh Belanda. Selain itu, juga ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan operasi udara lain, seperti mengatur siasat serangan udara atas daerah lawan, operasi penerjunan pasukan di luar Jawa hingga penyelenggaraan operasi penerbangan dalam rangka pembinaan suatu wilayah.

Bahkan atas jasanya bagi bangsa Indonesia, nama Halim Perdanakusuma juga dijadikan nama bandara di Jakarta untuk mengenangnya yang gugur dalam menjalankan tugas.

  1. K.H. Mas Mansyur

K.H. Mas Mansyur merupakan tokoh Islam dan pahlawan nasional di Indonesia. Dia lahir di Surabaya, tepatnya di Kampung Sawahan pada tanggal 25 Juni 1896. Mas Mansyur menempuh pendidikan di Pesantren Sawahan, Pesantren Kademangan di Bangkalan pada tahun 1906, belajar ke Mekah pada tahun 1908 dan melanjutkannya ke Universitas Al-Azhar di Kairo.

Setelah pulang dari luar negeri, Mas Mansyur bergabung dalam Sarekat Islam (SI), yang saat itu dipimpin oleh Oemar Saud Tjokroaminoto. Selain itu, dikutip dari berbagai sumber, Mas Mansyur juga aktif dalam kegiatan dan kepenulisan yang meliputi majelis diskusi Taswir Al-Afkar, redaktur Kawan Kita di Surabaya, organisasi Muhammadiyah, hingga Pusat Tenaga Rakyat (Putera).

Melalui beberapa organisasi tersebut, Mas Mansyur berusaha keras untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Bahkan dirinya juga diangkat sebagai anggota PPKI dan ikut membantu Surabaya untuk mempertahankan kota dalam melawan Belanda.

Namun, pada saat itu, Mas Mansyur ditangkap dan diminta Belanda untuk berpidato agar masyarakat Surabaya menyerah, tetapi beliau menolak. Sehingga dirinya dipenjara di Kalisosok, Surabaya dan meninggal di sana pada tanggal 25 April 1946.

  1. Soeprijadi

Soeprijadi merupakan pahlawan nasional Indonesia yang lahir pada tanggal 13 April 1923 di Trenggalek, Jatim. Soeprijadi atau yang dikenal dengan nama Sodancho Soeprijadi ini merupakan pemimpin pemberontakan pasukan Pembela Tanah Air (PETA) terhadap pasukan pendudukan Jepang di Blitar pada bulan Februari 1945.

Mengutip dari laman visitblitar.com, saat pasukan Jepang mendarat di Indonesia, Soeprijadi sedang menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Tinggi (SMT) hingga kemudian melanjutkannya di pendidikan semi militer atau Latihan Pemuda (Seinindojo) di Tangerang.

erjuangannya dalam melawan penjajah melalui PETA sangatlah besar. Meskipun pernah gagal, tetapi Soeprijadi tidak menyerah dalam merebut kebebasan bagi bangsa Indonesia hingga pada akhirnya Ir. Soekarno memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia.

Setelah kemerdekaan Indonesia, Soeprijadi ditunjuk sebagai Menteri Keamanan Rakyat pada kabinet pertama Indonesia, namun dirinya digantikan oleh Soeljadikoesoemo pada tanggal 20 Oktober 1945. Hal ini karena Soeprijadi tidak pernah muncul dan sampai saat ini keberadaannya masih menjadi misteri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya