Jatim
Selasa, 10 Februari 2015 - 13:05 WIB

HARI PERS NASIONAL : Dokter Ini Rela Tinggalkan Pemakaman Anaknya Demi Profesi, Bagaimana dengan Wartawan?

Redaksi Solopos.com  /  Aries Susanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi dokter (JIBI/Harian Jogja/Sunartono).

Hari Pers Nasional (HPN) 2015 dihelat meriah di berbagai daerah di Tanah Air. Di Sumenep, peringatan HPN penuh makna mendalam ketika seorang dokter yang hadir berkisah tentang tugasnya.

Madiunpos.com, SUMENEP – Perayaan HPN di Sumenep serasa lain karena sejumlah pejabat penting hadir dan memberikan ucapan selamat, pujian, juga kritikan, tak terkecuali Bupati Sumenep, Busryo A Karim. Acara yang digelar di Balai Wartawan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumenep, Jawa Timur, Senin (9/2/2015) itu juga diisi dengan sebuah kisah memilukan tentang seorang dokter di Sumenep.

Advertisement

“Kami meyakini wartawan tentunya sudah paham tentang konfirmasi, tentang cek dan cek ulang sebagai sebuah kewajiban. Kami hanya ingin menyegarkan dan mengingatkan kembali pentingnya konfirmasi melalui momentum HPN 2015,” kata Busro Karim.

Saat itu, Busyro mengingatkan pentingnya konfirmasi dengan berkisah tentang dokter yang mendahulukan tugasnya merawat pasiennya, meskipun anaknya meninggal dunia.

Advertisement

Saat itu, Busyro mengingatkan pentingnya konfirmasi dengan berkisah tentang dokter yang mendahulukan tugasnya merawat pasiennya, meskipun anaknya meninggal dunia.

Dalam cerita yang disampaikan Busyro, dokter tersebut agak terlambat mendatangi pasien dan setelah memeriksa pasien, langsung pamit pulang kepada orang tua pasien.

“Sebelum pulang, dokter tersebut sempat berpesan kepada orang tua pasien tentang kondisi pasien masih kategori baik-baik saja dan meminta orang tua pasien bertanya kepada perawat, jika ingin mengetahui hal yang lebih rinci,” ujarnya.

Advertisement

“Keesokannya harinya muncul berita yang tidak mengenakkan tentang dokter itu sebagaimana versi orang tua pasien. Padahal, di sisi lain, dokter tersebut sebenarnya sampai memutuskan tidak menghadiri pemakaman anaknya, karena mendahulukan melayani pasien dan memang terburu-buru pulang ke rumahnya untuk menerima para tamu yang melayat,” kata Busyro.

Ia berharap kisah tentang dokter itu tidak terjadi di Sumenep sekaligus meminta wartawan setempat lebih sabar dalam menyikapi setiap informasi yang diperolehnya.

“Kisah dokter itu hanya sebuah cerita. Tolong, jangan ditafsirkan macam-macam. Substansi yang ingin kami sampaikan adalah pentingnya konfirmasi agar berita itu tidak muncul dari satu versi saja,” ucapnya.

Advertisement

Konfirmasi kepada para pihak yang terkait dengan berita, kata dia, guna menghindari kesimpangsiuran informasi dan dirugikannya pihak tertentu oleh sebuah berita yang ditulis wartawan.

“Kami berharap wartawan itu dewasa dalam berpikir dan dewasa juga saat bertindak. Sekali lagi, harapan ini kami lontarkan pada momentum HPN bukan dalam rangka ingin membatasi kerja wartawan. Selama ini, kami juga banyak dibantu oleh berita-berita dari wartawan,” ucapnya.

Ia juga memahami kondisi wartawan yang “dikejar” dengan batas waktu penulisan berita sebagaimana kebijakan kantornya masing-masing.

Advertisement

“Namun, jangan sampai keterbatasan waktu itu melupakan pentingnya konfirmasi supaya beritanya tidak berat sebelah,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif