SOLOPOS.COM - Ilustrasi pedagang daging di pasar (JIBI/Harian Jogja/Bisnis Indonesia)

Harga kebutuhan pokok di Jatim perlu dinormalkan menjelang Ramadan dan Idulfitri.

Madiunpos.com, SURABAYA — Pemerintah Provinsi Jawa Timur meminta pemerintah pusat mengambil sikap di tengah tekornya pasokan daging sapi di provinsi itu. Tekornya stok daging menyebabkan harga kebutuhan pokok itu terkerek menjelang Ramadan dan Idulfitri 2015.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Gubernur Jatim Soekarwo mengungkapkan pemicu utama kenaikan harga daging sapi di provinsinya adalah stok yang selalu kekurangan. Dia menyebut rerata shortfall stok daging di Jatim mencapai 132.000 ton/tahun, dengan asumsi berat seekor sapi adalah 400 kg.

“Untuk membuat harga [daging sapi] tetap stabil, jumlah sapi di Jatim harus dijaga secara teratur. Misalnya, dalam satu tahun jumlah sapi indukan harus selalu berada pada kisaran 1 juta ekor,” katanya, Kamis (7/5/2015).

Pasokan 1 juta ekor sapi indukan diperkirakan mampu menghasilkan tambahan 800.000 ekor sapi. Pada akhirnya, harga daging sapi dapat dijaga pada batasan Rp70.000/kg. “Harga itu memang masih belum cukup normal, tapi baru itu yang bisa kami lakukan.”

Tanpa Solusi
Saat ini, harga sapi bobot hidup di Jatim mencapai sekitar Rp42.000-Rp43.000 per kg, naik Rp2.000/kg dari harga awal pada kisaran Rp40.000-Rp41.000/kg. Sementara itu, harga daging sapi di pedagang pasar mencapai Rp95.000-Rp96.000/kg, dua bulan menjelang Lebaran.

Dia mengaku telah beberapa kali meminta pemerintah pusat untuk menganalisis dampak-dampak yang mungkin ditimbulkan dari hanya kenaikan harga daging di Jatim. Namun, sampai saat ini belum ada rumusan solusi yang dihasilkan.

Ketua Paguyuban Pedagang Sapi dan Daging Segar (PPSDS) Muthowif menjelaskan sebulan menjelang Ramadhan, permintaan akan daging sapi di Ibu Kota Jatim Surabaya makin melonjak.

Dengan adanya kenaikan harga bobot sapi hidup Rp2.000/kg, hal tersebut cukup memberatkan pedagang. Apalagi, stok sapi lokal semakin sedikit, sehingga para pedagang makin banyak yang mendatangkan dari Bali.

Terus Meroket
Jika kondisi tersebut terus berlangsung, lanjutnya, dikhawatirkan harga daging sapi akan semakin meroket mendekati Idulfitri. Apalagi, saat ini saja rerata sapi yang disembelih di rumah potong hewan (RPH) Jatim per harinya bertambah 5-10 ekor.

Berdasarkan data Dinas Peternakan Jatim per April 2015, Jatim masih merupakan penyumbang 22% dari total produksi daging sapi nasional. Jumlah populasi sapi potong Jatim pada 2014 mencapai 4,12 juta ekor, atau berkontribusi 28% dari total stok nasional.

Anggota Komisi B DPRD Jatim Yusuf Rohana berpendapat Jatim seharusnya mendapat perhatian lebih dari pemerintah pusat terkait persoalan harga daging sapi. Sebab, provinsi tersebut adalah pemilik populasi sapi pedaging terbanyak di Tanah Air.

“Jatim yang selama ini menjadi wilayah swasembada daging nasional, malah terus mengalami kemunduran untuk memenuhi kebutuhan nasional akibat tidak adanya regulasi yang melindungi masuknya sapi impor dan bocornya sapi Jatim ke luar daerah.”

Butuh Regulasi Sendiri
Dia berpendapat Pemprov Jatim seharusnya memiliki regulasi sendiri terkait pemenuhan kebutuhan daging sapi. Salah satunya adalah dengan menyumbat rembesan sapi impor yang memicu peternak menjual sapi lokal ke luar dan malah membuat Jatim kekurangan stok.

Tahun ini, Kementerian Perdagangan menganggarkan penambahan alokasi impor sapi bakalan menjadi 250.000 ekor menjelang bulan puasa pada triwulan II/2015. Pada triwulan sebelumnya izin impor diberikan untuk 100.000 ekor sapi bakalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya