SOLOPOS.COM - Perdagangan sapi lokal di Pasar Hewan Tumpang, Malang, Jumat (22/5/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Ari Bowo Sucipto)

Harga kebutuhan pokok, daging sapi, diyakini terus merangkak naik seiring melambungnya harga sapi.

Madiunpos.com, MALANG — Pengusaha jagal sapi di Malang terpukul dengan naiknya harga hewan yang mencapai Rp2,5 juta/ekor. Kondisi itu diyakini berimbas ke harga daging sapi sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ketua Himpunan Pengusaha Muslim Indonesia Unit Jagal Malang Abu Hasan mengatakan kenaikan harga sapi dirasakan seusai Idul Adha pada akhir September 2015 lalu. Kenaikannya bahkan sangat ekstrim.

“Biasanya kenaikannya hanya berkisar Rp200.000-Rp500.000/ekor, tapi kali ini mencapai Rp2,5 juta/ekor,” ujarnya di Malang, Kamis (10/12/2015).

Kenaikan harga sapi tidak bisa dihindari karena pasokan di pasar memang sedikit. Dia mencontohkan di Pasar Hewan Gondanglegi, Kabupaten Malang, biasanya sapi yang dijual mencapai 100 ekor lebih, namun saat ini berkurang menjadi hanya sekitar 40 ekor saja. Kondisi yang sama juga terjadi di pasar-pasar hewan lain di Jawa Timur.

Sedikitnya pasokan sapi di pasar, dia menduga, karena banyak yang disembelih saat perayaan Idul Adha. Namun di sisi lain, pemerintah mengklaim bahwa populasi sapi pedaging sebenarnya banyak. Bahkan surplus di Jatim.

Jika klaim yang disampaikan pemerintah benar, maka berarti ada yang salah dalam mata rantai tata niaga sapi pedaging. Ada distorsi pasar.

Dengan kondisi seperti itu, maka pengusaha jagal tidak kuat lagi menanggung risiko merugi. Karena itulah, per 12 Desember 2015, mereka bersepakat menaikkan harga sapi sebagai kebutuhan pokok masyarakat itu menjadi Rp110.000/kg untuk kualitas premium dan Rp95.000/kg untuk kualitas biasa atau naik Rp10.000/kg di tingkat pengecer.

Turunkan Omzet
Pengusaha jagal sebenarnya tidak senang dengan adanya penaikan harga sapi sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat karena dapat menurunkan omzet penjualan daging. Namun pilihan itu tidak dapat dielakkan karena untuk mencegah kerugian yang lebih besar.

“Dengan harga yang naik saja, sebenarnya kami hanya sekadar balik modal. Kami tetap setia meski dalam kondisi susah di bisnis ini karena loyal kepada konsumen,” ujarnya.

Dia juga mendengar, mulai pekan depan harga sapi sebagai salah satu kebutuhan pokok masyarakat di tingkat perusahaan penggemukan sapi juga akan dinaikkan menjadi Rp46.000/kg bobot hidup. Sedangkan sebelumnya di kisaran Rp42.000/kg-Rp44.000/kg.

Solusi yang bisa ditempuh pemerintah agar harga daging bisa ditekan, pasokan sapi harus melalui impor. Tidak hanya sapi bakalan, tapi termasuk sapi siap potong.

Butuh Impor
Impor sapi siap potong diperlukan agar dapat memenuhi kebutuhan sesaat karena sapi bakalan bisa dikonsumsi setelah proses penggemukan selama 3 bulan. Yang juga perlu dilakukan pemerintah, mencari sebab distorsi distribusi sapi pedaging di pasar.

Jika pemerintah mengklaim bahwa produksi sapi pedaging berlimpah, maka logikanya pasokan di pasar cukup besar. Dengan demikian, jika ternyata pasokan sapi di pasar sedikit, maka perlu dicari permasalahannya demi stabilnya harga kebutuhan pokok itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya