SOLOPOS.COM - Operasi Pasar Bulog di Sidoarjo, Kamis (26/2/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Suryanto)

Harga kebutuhan pokok di Jatim yang diganggu gejolak harga beras diyakini Bank Indonesia tak akan mengarah ke inflasi. Namun, ada syaratnya… 

Madiunpos.com, SURABAYA — Bank Indonesia memprediksi Jawa Timur tetap menorehkan deflasi pada Februari 2015 kendati harga beras di provinsi ini terus melambung. Namun, ada syarat atas prediksi optimistis itu, asalkan operasi pasar yang dilakukan Perum Bulog (Persero) Divre Jatim mampu membawa dampak signifikan pada pengendalian harga kebutuhan pokok itu selama pekan keempat bulan ini.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kepala Kantor Wilayah IV BI Benny Siswanto berpendapat kenaikan harga beras yang cukup mencolok di Jatim memang berpotensi menjerumuskan provinsi tersebut ke dalam ceruk inflasi. Namun, dia menilai masih ada peluang deflasi yang dapat diraih pada akhir bulan yang diwarnai dengan gejolak harga kebutuhan pokok ini.

“Semua pihak sudah bergerak. Ini kan masih ada beberapa hari lagi. BPS kan menghitung harga beras secara mingguan di beberapa pasar. Mudah-mudahan di akhir bulan ini harga beras tetap bisa dikendalikan,” ujarnya mengulas pengendalian gejolak harga kebutuhan pokok itu di Jatim, Rabu (25/2/2015).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim menunjukkan rata-rata kenaikan harga beras di Jatim mencapai 5%-6%, dengan kenaikan tertinggi terjadi di Kota Malang yang mencapai 6,8% atau dari Rp9.833/kg menjadi Rp10.499/kg. Di Ibu Kota Surabaya, kenaikan harga kebutuhan pokok tersebut pada bulan ini mencapai 6% dari Rp10.200/kg menjadi Rp10.500/kg. Adapun, di Kota Madiun dan Kota Kediri masing-masing terjadi kenaikan 4,35% menjadi sekitar Rp9.848/kg.

Sementara itu, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim melaporkan harga beras terendah di Jatim saat ini adalah Rp9.500/kg atau naik dari Rp8.000/kg pekan lalu. Harga beras tertinggi juga terkerek dari Rp11.000/kg menjadi Rp12.000/kg.

Benny melanjutkan BI sebenarnya telah memprediksi adanya deflasi pada Februari. Sementara itu, fenomena kenaikan harga beras yang signifikan itu merupakan hal yang diluar ekspetasi.

“Sampai dengan pekan ketiga, kami memperkirakan bulan ini Jatim akan deflasi. Mudah-mudahan operasi pasar dan deflasi yang sudah terbentuk selama tiga pekan itu dapat menahan kenaikan harga beras sehingga Februari ini tetap bisa deflasi. Ini harapan kami,” ucapnya.

Deflasi Diprediksi 0,05%
Bagaimanapun, Benny tidak menyebut berapa tepatnya perkiraan deflasi yang diprediksi oleh BI Jatim. Namun, dia mengisyaratkan kalaupun terjadi deflasi di Jatim pada Februari, besarannya tidak akan lebih tinggi ketimbang bulan sebelumnya pada level 0,05%.

“Sejauh kenaikan harga yang terbentuk di pekan keempat sampai akhir bulan ini tidak di luar batas, kami menduga masih akan ada deflasi. Deflasinya mungkin menurun, karena kenaikan harga beras ini cukup mencolok. Jadi kami tunggu hasil operasi ini, mudah-mudahan menurunkan harga-harga komoditas di pasar-pasar yang disurvei BPS.”

Kepala Bulog Divre Jatim Witono menjelaskan operasi pasar (OP) yang dilakukan Perum Bulog dan Disperindag Jatim dimulai Rabu (25/2) sampai harga benar-benar melandai. Stok beras Bulog Jatim saat ini masih mencapai 412.000 ton, untuk kebutuhan 8 bulan ke depan.

“Dari Bulog akan ada 122 titik [OP] ditambah dari [pemda] ada 122 titik. Setiap harinya di 1 titik disediakan 1 ton, sedangkan waktu [pelaksanaan OP]-nya tergantung situasi di pasar,” ungkapnya.

Beras jenis medium 15 yang diguyur Bulog dalam OP di Jatim dibanderol seharga Rp6.800/kg. Namun, setelah ditambahkan ongkos angkut senilai Rp600/kg, harga beras yang dilepas ke pasar menjadi Rp7.400/kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya