SOLOPOS.COM - Indon Triwijono, Guru SLB Dharma Wanita Kota Madiun. (JIBI/Solopos/Aries Susanto)

Guru SLB yang satu ini adalah tamatan sekolah teknik menengah. Namun, ia akhirnya menjadi guru siswa berkebutuhan khusus karena alasan yang kuat.

Madiunpos.com, KOTA MADIUN – Indon Triwijono sama sekali tak menyangka garis hidupnya bakal menjadi guru sekolah luar biasa. Padahal, ia adalah seorang tamatan Sekolah Teknik Menengah (STM). Namun, sebuah kenyataan tentang anak-anak berkebutuhan khusus di keluarganya tiba-tiba saja mengubah haluan hidupnya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

“Saya sebenarnya enggak ada cita-cita sama sekali untuk menjadi guru SLB. Hla wong saya lulus teknik,” ujarnya saat berbincang dengan Madiun Pos di ruang kerjanya, Senin (18/5/2015).

Triwijono adalah guru sekaligus kepala SLB Dharma Wanita Kota Madiun. Ia meniti karir di sekolah tersebut sejak 32 tahun silam. Saat itu, ia adalah guru biasa yang hanya bermodal kemauan kuat untuk mengajar di SLB setelah mengambil short course di Kota Solo tentang mengajar anak-aak berkebutuhan khusus.

“Saya memutuskan belajar mengajar anak-anak berkebutuhan khusus setelah melihat adik saya sendiri mengalami  keterbatasan mental. Sejak itulah, saya bertekad menjadi pendidik anak berkebutuhan khusus,” ujarnya.

Bagi Triwijono, anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak titipan Tuhan. Mereka bukanlah anak yang ingin lahir dengan kemauannya seperti itu, atau karena kekurangan gizi atau juga anak orang melarat. Melainkan, memang anak yang sengaja dititipkan Tuhan kepada sesama manusia untuk dirawat dengan cinta kasih. “Ada orang yang berpandangan bahwa anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak karena kurang gizi bahkan ada yang tega menyebut anak kutukan. Itu salah besar,” ujarnya.

Menurutnya, anggapan tersebut sama saja dengan menyebut Tuhan berlaku tidak adil. Sebab, tak sedikit anak berkebutuhan khusus adalah anak orang-orang kaya dan orang baik. “Apa iya, orang kaya tak sanggup memberikan kebutuhna gizi  baik? Apa iya anak orang baik dikutuk? Itu memang anak titipan Tuhan agar sesama mendidikanya penuh kesabaran,” tanyanya.

Triwijono berharap, orang tua dan masyarakat yang memiliki atau tahu anak-anak berkebutuhan khusus untuk tak mengisolasi atau membiarkan tanpa pendidikan. Mereka, kata dia, adalah anak yang layak mendapatkan hak pendidikan dan hak hidup yang sama.

“Ada sekolah khusus, ada juga sekolah inklusi. Sekolah sekarang harus menerima siswa dalam kondisi apapun, tanpa boleh menolak. Sebab pendidikan memang hak setiap anak,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya