Jatim
Senin, 25 Juli 2022 - 20:21 WIB

Gedung SDN di Ponorogo Rusak, Siswa Ngungsi Belajar di Sekolah Buddha

Ronaa Nisa'us Sholikhah  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu guru SDN 4 Gelangkulon Ponorogo menunjukkan atap gedung kelas yang rusak Senin (25/7/2022). (Ronaa Nisa’us Sholikhah/Solopos.com)

Solopos.com, PONOROGO — Satu gedung di SDN 4 Gelangkulon, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, kondisinya rusak parah dan atapnya nyaris roboh. Saat ini gedung sekolah yang terdiri dari lima ruangan itu pun sudah tidak digunakan lagi.

Muhammad Fatah Yasin, Kepala SDN 4 Gelangkulon, mengatakan gedung itu sudah rusak sejak tahun 2019. Mulai awal 2020, seluruh siswa yang menempati gedung itu harus diungsikan ke tempat lainnya agar tidak tertimpa reruntuhan atap rusak.

Advertisement

”Kami ungsikan sementara ke gedung sekolah Minggu Buddha. Kami meminjam untuk kegiatan pembelajaran,” kata Fatah saat ditemui di SDN 4 Gelangkulon Ponorogo, Senin (25/7/2022).

Satu gedung yang rusak itu meliputi ruang kelas IV, kelas V, kelas VI, bekas kantor guru, dan satu ruang untuk perpustakaan serta unit kesehatan siswa (UKS).

Advertisement

Satu gedung yang rusak itu meliputi ruang kelas IV, kelas V, kelas VI, bekas kantor guru, dan satu ruang untuk perpustakaan serta unit kesehatan siswa (UKS).

Baca Juga: Bikin Jalanan Macet, Tunjungan Fashion Week di Surabaya Dibubarkan

Pantauan Solopos.com di lokasi, kondisi atapnya sudah lapuk dan beberapa gentingnya roboh. Ubin di kelas tersebut juga ambrol karena sering terjadi gempa.

Advertisement

”Kalau temboknya masih bagus, hanya atap dan lantainya. Terakhir perbaikan itu tahun 2008,” ungkapnya.

Kendala Pembelajaran

Selama dua tahun pindah ke gedung milik umat Buddha itu, belum ada kendala pembelajaran antara siswa dan guru. Sebab, gedung yang dipinjam itu ada tiga ruangan dan masih baru. Kondisinya juga baik dan nyaman.

Advertisement

Baca Juga: Bergeser ke Situbondo, PCNU Tolak Ceramah Ustaz Hanan Attaki

Meskipun begitu, lanjut Fatah, kendalanya yaitu koordinasi antar siswa dan guru yang terpisah jarak 100 meter dari sekolah induk. Para guru harus ke gedung induk setiap sebelum mengajar dan ketika pulang.

”Bolak-balik dan sulit koordinasinya, kegiatannya terpisah dan harus ke sini kalau ada kegiatan bersama,” jelasnya.

Advertisement

Sementara itu, Caca, murid kelas 6 mengaku tidak senang jika pembelajarannya di gedung pinjaman itu. Sebab, dia merasa terisolasi lantaran tidak banyak teman di sana.

”Ga enak sekolah di sini. Enaknya belajar di sana,” pungkasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif