Jatim
Selasa, 13 April 2021 - 08:30 WIB

Gara-Gara Porang, Desa di Madiun Ini Jadi Desa Jutawan

Abdul Jalil  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang petani porang dari Desa Durenan, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun, Mujiono, 56, menunjukkan umbi porang setelah dipanen, Senin (12/4/2021). (Solopos.com/Abdul Jalil)

Solopos.com, MADIUN -- Desa Durenan, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun, kini berubah menjadi desa jutawan. Hal ini setelah sebagian besar warga desa tersebut menanam porang.

Kepala Desa Durenan, Purnomo, mengatakan banyak warga yang beralih menjadi petani porang dalam tiga tahun terakhir. Saat ini ada sekitar 500 petani porang di Desa Durenan. Hal ini setelah mengetahui hasil dari bertani porang hasilnya cukup menggiurkan.

Advertisement

Saat orang kesulitan ekonomi akibat pandemi Covid-19 pada 2020 lalu, 68 warga Desa Durenan mampu membangun rumah hasil dari panen porang. “Bangun rumah itu hasil dari menjual porang. Itu hasil tahun 2020 lalu. Ini menjadi bukti bahwa perekonomian masyarakat terkerek dari aktivitas porang ini,” jelas dia saat ditemui Solopos.com, Senin (12/4/2021).

Purnomo menuturkan sejak menjadi salah satu komoditas andalan, banyak warga yang beralih menanam tanaman porang. Saat ini, didata masih ada sekitar 500 hektare yang belum ditanami porang. Padahal lahan di desanya yang sudah ditanami porang baru mencapai 350 hektare.

Advertisement

Purnomo menuturkan sejak menjadi salah satu komoditas andalan, banyak warga yang beralih menanam tanaman porang. Saat ini, didata masih ada sekitar 500 hektare yang belum ditanami porang. Padahal lahan di desanya yang sudah ditanami porang baru mencapai 350 hektare.

Baca Juga: Pemkab Madiun Sediakan 40 Hektare untuk Kebun Benih Porang

Bertani porang, kata dia, memang cukup mudah. Tetapi, modalnya yang lumayan banyak karena harga bibitnya juga mahal.

Advertisement

Purnomo mengklaim sejak porang menjadi komoditas yang menjanjikan justru berdampak pada penurunan angka kemiskinan. Pada tahun 2015, angka kemiskinan mencapai 42%, sedangkan tahun 2020 lalu angka kemiskinan tinggal 20%.

Raup Puluhan Juta Rupiah

Seorang warga Desa Durenan, Mujiono, 56, mengatakan dirinya memiliki lahan sekitar setengah hektare dengan tanaman porang sebanyak 4.900 pohon. Dari menanam porang itu, setiap tahun bisa mendapatkan hasil mencapai Rp36 juta. “Yang terakhir kemarin dapat Rp36 juta. Tahun-tahun sebelumnya juga segitu,” kata Mujiono.

Baca Juga: Prospek Cerah Budi Daya Porang

Advertisement

Dia mengaku uang hasil penjualan porang itu telah dimanfaatkan untuk membangun rumah, membeli sepeda motor, hingga membeli lahan kebun untuk mengembangkan tanaman porang.

“Untuk kebutuhan harian, saya mengandalkan hasil panen tanaman lain, seperti jeruk, durian, petai, dan lainnya. Karena tahu bahwa porang panennya sekali dalam setahun,” jelasnya.

Mujiono menuturkan petani porang yang sukses dengan hasil panen hingga puluhan juta rupiah tidak hanya dirinya. Sebagian besar warga desa yang menanam porang juga mendapatkan keuntungan serupa.

Advertisement

Bahkan, kini sebagian anak muda enggan bekerja keluar daerah dan lebih memilih menjadi petani porang.

Baca Juga: Belum Dipanen, Porang Milik Petani Gemolong Sragen Malah Dimaling

“Seperti anak saya, baru lulus SMA, tetapi kini fokus bertani porang. Dia tidak ingin bekerja keluar daerah. Cukup diberi lahan untuk mengembangkan tanaman porang,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif