Jatim
Rabu, 22 Februari 2023 - 12:02 WIB

Duh! Bendera Merah Putih di Makam Tan Malaka Hilang

Newswire  /  Ponco Suseno  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Solopos.com, KEDIRIBendera Merah Putih di makam pahlawan kemerdekaan, Tan Malaka hilang. Makam Tan Malaka berada di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Hal itu diungkapkan Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, Imam Mubarok. Hilangnya bendera Merah Putih di makam Tan Malaka itu diketahui Imam Mubarok saat dirinya ziarah dan tahlil di makam setempat, Selasa (21/2/2/2023). Diketahui, 21 Februari 2023 merupakan waktu di mana tepat 74 tahun Tan Malaka gugur.

Advertisement

Saat ziarah itu, Imam Mubarok sebenarnya merasakan ada yang janggal saat melihat makam Tan Malaka. Berhubung kondisi cuaca mendung, Imam Mubarok buru-buru pulang ke rumah.

Saat di rumah, Imam Mubarok melihat kembali foto-foto koleknya di area makam Tan Malaka. Benar saja, ternyata ada yang hilang dari makam tersebut, yakni bendera Merah Putih.

“Saya zoom sudah tidak ada. Entah hilang atau sengaja dihilangkan saya tidak paham. Apapun beliau, Tan Malaka ini adalah Pahlawan Kemerdekaan sesuai Kepres 53/1963 tanggal 28 Maret,” kata Imam Mubarok, seperti diberitakan Solopos.com dari Antara, Rabu (22/2/2023).

Advertisement

Imam Mubarok berharap bendera tersebut bisa dikembalikan lagi ke lokasi yang semestinya jika memang diambil oleh seseorang.

Tan Malaka meninggal dunia dibunuh oleh tentara republik pada 21 Februari 1949 di Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri.

Tan Malaka dijuluki sebagai Bapak Republik merupakan Pucuk Penghulu (Raja) di kampungnya, Nagari Pandam Gadang, Kecamatan Gunung Omeh, Kabupaten Lima Pukuh Kota, Sumatera Barat.

Advertisement

Menurut Harry Albert Poeze, sejarawan asal Belanda yang mengungkap tabir misteri kematian Tan Malaka, disebutkan bahwa Tan Malaka meninggal akibat dieksekusi pasukan dari Batalyon Sikatan, Divisi Brawijaya, di Selopanggung, Kediri, Jawa Timur pada 21 Februari 1949.

Perintah itu datang dari Letda Soekotjo, yang menurut Poeze merupakan orang kanan yang paling beropini bahwa Tan Malaka harus dihabisi.

“Posisi Tan Malaka sangatlah final dan penting bagi kaumnya sendiri. Di wilayah adat dia membawahi 142 niniak mamak atau pemimpin adat, di Kelarasan Bungo Setangkai (Tiga nagari: Pandam Gadang, Suliki, dan Kurai). Adatnya dari Agam, mainan urang lima puluh Kota,” kata Imam Mubarok.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif