SOLOPOS.COM - Nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah dengue (DBD). (dok)

Solopos.com, PONOROGO – Dua anak yang terjangkit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, meninggal dunia pada tahun ini.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo, Dyah Ayu Puspitaningarti, mengatakan kasus kematian akibat DBD dilaporkan terjadi pada 12 Maret 2024. Kematian tersebut dikarenakan kondisi pasien yang sudah buruk saat dibawa ke rumah sakit.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

“Dari laporan yang kami terima, kedua pasien masuk rumah sakit sudah dalam keadaan kurang baik atau masuk kategori dengue shock syndrome (DSS),” katanya, Minggu (17/3/2024).

Dia mengatakan jumlah kasus DBD di Ponorogo selama dua bulan terakhir ini sebanyak 13 kasus. Rinciannya Januari ada tujuh orang dan Februari ada enam orang.

Namun jumlah sebenarnya diperkirakan lebih banyak, karena perbedaan metode penetapan kasus DBD antara Dinkes dan rumah sakit.

“Untuk kronologinya masuk ke RS sudah dalam keadaan kurang baik. Kami tidak menyalahkan siapapun, tetapi harus menjadi kewaspadaan kita semua. Kita saling mengingatkan. Kebersihan semua menjadi tanggung jawab semua,” katanya yang dikutip dari Antara.

Selain dua anak yang meninggal dunia tersebut, Dinkes Ponorogo juga sedang melakukan pelacakan terhadap satu orang anak yang juga diketahui meninggal dunia.

Namun, Kadinkes belum berani menyebutkan apakah disebabkan oleh demam berdarah atau faktor lain.

“Yang dilaporkan dan valid hanya dua orang, yang satu masih dilakukan pelacakan. Semoga tidak ada kasus atau penambahan lagi,” katanya.

Dia menegaskan saat ini pihaknya telah memberlakukan status waspada wabah DBD di Ponorogo. Ia mengimbau kepada warga untuk menggiatkan gerakan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan sekitar masing-masing.

“Salah satu cara terbaik untuk mengatasi DBD adalah dengan melakukan pencegahan. Tidak sekedar fogging [pengasapan] tapi juga harus dilakukan gerakan PSN secara masif,” kata Dyah.

Langkah kewaspadaan dan kesiagaan sebenarnya telah diberlakukan Dinkes Ponorogo sejak awal penghujan, dimana mulai muncul kasus DBD di daerah tersebut. Namun upaya itu kini kembali ditingkatkan menyusul kasus kematian dua bocah yang terjangkit demam berdarah pada sepekan terakhir.

“DBD itu biasanya demam sembuh, demam lagi. Jadi harus diwaspadai, jangan sampai terlambat untuk penanganannya,” katanya.

Untuk pasien yang masuk dalam demam berdarah, kadinkes menyebutkan jika salah satu indikatornya yakni trombosit kurang dari 100 ribu dan Hematogrit lebih dari 20 persen.

“Untuk Maret kami masih rekap. Memang kami lebih ketat menggolongkan DBD contohnya trombosit kurang dari 100 ribu, Hematogrit lebih dari 20 persen. Harus dipenuhi baru dinyatakan DBD,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya