Solopos.com, BANYUWANGI — Hampir seperempat abad, Banyuwangi menjadi salah satu daerah yang tak henti menjadi bahan perbincangan. Utamanya setelah peristiwa memilukan yang terjadi pada 1998 silam. Pembantaian terhadap orang yang diduga melakukan praktik ilmu hitam (santet atau tenung) seolah menguatkan bahwa wilayah itu adalah pusat ilmu perdukunan.
Pembantaian itu terjadi pada kurun waktu Februari hingga September 1998. Namun hingga saat ini motif pasti dari peristiwa tersebut masih belum jelas. Pembunuhan pertama terjadi pada Februari 1998 dan memuncak hingga Agustus dan September 1998. Pada kejadian pertama di Februari, banyak yang menganggapnya sebagai peristiwa biasa, atau tidak akan berbuntut panjang.