SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pelajar (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, MADIUN — Sejumlah siswa dan wali murid di Kota Madiun mengeluhkan pembelajaran jarak jauh atau PJJ selama pandemi Covid-19. Ada banyak kendala yang dihadapi selama PJJ.

Seorang siswa dari SMPN 7 Kota Madiun, Fahri Eka Aditya, 13, mengatakan sudah berbulan-bulan tidak masuk sekolah dan bertemu dengan teman-temannya. Karena beberapa bulan terakhir pembelajaran dilakukan secara online.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Fahri yang pada tahun ini baru masuk di kelas VII SMP juga tidak bisa merasakan masa orientasi dan bertemu teman-teman baru. Karena sejak awal kegiatan belajar mengajar memang dilakukan secara daring.

Kisah Mbah Min, Bakul Dolanan di Solo Eks Mata-Mata Zaman Belanda

Warga Kelurahan Nambangan Kidul ini mengaku sudah bosan belajar online di rumah. Selain tidak bisa bertemu teman-temannya, ia juga mengaku pembelajaran online membutnya boros kuota internet.

“Kalau selama ini belajarnya lewat WhatsApp [WA] dan Google Class Room. Itu sebulan saya bisa membeli kuota internet sampai Rp100.000. Padahal sebelumnya tidak pernah sampai segitu,” ujarnya saat ditemui saat acara pembagian buku gratis oleh jurnalis Madiun di Masjid Al-Ikhlas, Kelurahan Nambangan Kidul, Sabtu (15/8/2020).

Dia berharap pandemi Covid-19 segera berakhir dan bisa segera masuk sekolah secara tatap muka. Fahri mengaku sudah kangen dengan suasana belajar di sekolahan.

Cerita senada juga disampaikan Arroyan Vikri, 11, siswa kelas V SDN 1 Singosari, Kota Madiun. Vikri mengaku sudah bosan belajar secara online di rumah. Selama belajar di rumah, ia juga kerap dimarahi orang tuanya.

“Saya sering dimarahi bapak dan ibu karena lebih banyak main-mainnya,” ujar dia.

Wali Murid

Sedangkan curahan hati orang tua murid di Kota Madiun terkait PJJ secara online sangat beragam. Seperti yang diutarakan Aisyah, warga Kelurahan Nambangan Kidul. Ia mengakui sangat kerepotan selama proses belajar daring. Karena dirinya harus membagi waktu antara bekerja dan mendampingi anak belajar dan mengerjakan tugas.

“Kalau saya hariannya kan jualan online. Jadi kalau ada pesanan banyak, itu sangat kerepotan. Karena saya juga harus mendampingi anak belajat,” kata Aisyah.

Selain itu, kuota internat juga semakin boros. Dia menyebutkan saat ini kebutuhan kuota internet sangat banyak. Sebelum PJJ diberlakukan kuota internet 1 GB bisa dua pekan, tetapi saat ini 1 GB hanya bertahan lima hari saja.

“Untuk tugasnya kan disampaikan di WA. Kemudian juga harus nonton tayangan di YouTube,” kata dia yang anaknya baru kelas II SD ini. Aisyah berharap sekolah bisa segera dibuka dan anak-anak bisa kembali lagi belajar di sekolahan.

4 Kecamatan di Sragen Diterjang Puting Beliung, Pohon Bertumbangan

Orang tua siswa lainnya, Vitri Arena, mengatakan dirinya harus mendampingi anak dalam belajar selama pembelajaran online dilakukan. Selama belajar online, anaknya sering kali tidak patuh pada perintah orang tua. Hal itu biasanya yang membuat naik pitam kepada sang anak.

Sama seperti yang diutarakan Aisyah, Vitri juga menuturkan kebutuhan yang mendesak saat ini adalah kuota internet. Biasanya dalam satu bulan, ia hanya membeli paket kuota 7 GB. Tetapi selama masa PJJ online, pengeluaran untuk membeli kuota internet semakin banyak.

“Anak saya kan masih di PAUD. Itu setiap tugasnya dikirim ke WA. Tugas yang harus dikerjakan biasanya berupa video,” kata dia. Vitri menyampaikan selama masa pandemi Covid-19 masih terjadi, diharapkan tidak ada pembelajaran tatap muka di sekolah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya