SOLOPOS.COM - Kepala Dusun Kandangan, Giyanto, saat memperlihatkan turbin PLTMH di Dusun Kandangan, Desa Kare, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Rabu (16/8/2023). (Abdul Jalil/Solopos.com)

Solopos.com, MADIUN — Keberadaan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) telah mengubah kehidupan warga di Dusun Kandangan, Desa Kare, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Puluhan keluarga yang berada di pedalaman lereng Gunung Wilis tersebut kini berlimpah energi listrik.

Namun, di balik cerita tersebut, warga Kandangan sempat mengalami kesulitan dalam mendapatkan pasokan listrik. Kampung mereka berada di ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Kampung terakhir di Desa Kare berjarak sekitar 2 kilometer dari Dusun Kandangan. Dusun ini menjadi dusun tertinggi di Desa Kare yang berlokasi di kawasan Gunung Wilis. Listrik dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) tidak masuk ke Dusun Kandangan karena lokasinya yang jauh dan kondisi jalan yang berada di pegunungan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Puluhan warga yang tinggal di dusun itu sebagian besar merupakan buruh perkebunan kopi Kandangan. Mereka telah tinggal di sana sejak puluhan tahun lalu.

Meski tidak teraliri listrik dari PLN, warga Kandangan sebenarnya sudah menikmati listrik sejak tahun 1970-an. Namun, energi listrik yang digunakan bersumber dari pembangkit listrik tenaga kincir air dengan teknologi yang sangat sederhana. Meski demikian, sumber listrik itu sangat terbatas.

Masih teringat jelas dalam ingatan Paniyem, 54, bagaimana kehidupan di Dusun Kandangan pada tahun 1970-an. Waktu itu, listrik yang berasal dari kincir air sangat terbatas. Listrik hanya bisa dimanfaatkan pada malam hari saja, itu pun hanya untuk lampu.

“Dulu sangat gelap. Listrik cuma bisa dimanfaatkan saat malam saja. Saat siang listrik dimatikan [dipadamkan],” kata dia saat ditemui di rumahnya, Rabu (16/8/2023).

Paniyem bercerita sedangkan kondisi saat ini sudah berbeda, listrik bisa digunakan 24 jam tanpa ada hambatan. Saat ini, rumahnya bisa terang seharian penuh. Alat-alat elektronik seperti radio, rice cooker, dan lainya juga bisa berfungsi sewaktu-waktu tanpa takut tiba-tiba terputus.

Kondisi Paniyem itu menjadi gambaran kondisi masyarakat Dusun Kandangan yang sudah merdeka terhadap energi listrik. Potensi alam yang begitu melimpah dimanfaatkan secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat setempat.

Kepala Dusun Kandangan, Giyanto, bercerita warga Kandangan sebenarnya lebih dahulu merasakan pemanfaatan listrik. Namun, saat itu energi listrik bersumber dari pembangkit listrik tenaga kincir angin, meskipun dengan kondisi yang sangat terbatas.

pltmh kandangan
Warga di Dusun Kandangan, Desa Kare, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun menonton acara televisi yang menggunakan energi listrik dari PLTMH, Rabu (16/8/2023). (Abdul Jalil/Solopos.com)

“Waktu itu, listrik dari kincir angin hanya bisa dimanfaatkan pada malam hari saja. Kalau sudah pagi dipadamkan, karena memang daya yang dihasilkan dari kincir angin itu sangat kecil, sekitar 2.500 Watt,” jelasnya.

Karena teknologi yang digunakan waktu itu sangat sederhana, penggunaan listrik pun sangat terbatas.

Pada saat pemerintah menggencarkan listrik PLN masuk ke desa-desa, Dusun Kandangan tidak bisa dijangkau. Hal ini karena dusun ini berada di lereng Gunung Wilis yang lokasinya cukup jauh yang tidak bisa dijangkau PLN.

“Jadi saat gencar listrik masuk desa, kami di sini ya masih menggunakan listrik dengan kincir angin yang nyala pada malam saja,” ujar dia.

Kondisi itu berubah setelah Kandangan mendapatkan bantuan dari Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jawa Timur berupa seperangkat teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) pada 2013. Pemerintah memberikan bantuan itu karena melihat potensi air yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listik.

Power house yang menjadi tempat PLTMH itu dibangun di pinggir Sungai Catur. Aliran air yang melimpah membuat pembangkit itu bekerja secara sempurna. Mikro hidro ini pada dasarnya memanfaatkan beda ketinggian serta jumlah debit air per detik yang ada pada aliran air irigasi.

Waktu itu, warga bergotong royong untuk membangun suatu bendungan yang digunakan untuk menampung air dari sumber. Bendungan itu berada di atas power house. Air di bendungan itu dialirkan melalui pipa pesat atau Penstock berdiameter setengah meter.

Pipa Penstock yang mengalirkan air itu langsung  dihubungkan dengan generator listrik yang nantinya akan menghasilkan energi listrik.

Dalam sistem mikro hidro, turbin menjadi bagian paling penting. Hal ini karena komponen tersebut mengubah putaran yang dihasilkan menjadi energi listrik.

Dia mengatakan potensi listrik yang dihasilkan dari PLTMH tersebut mencapai 86.000 KWh. Kapasitas listrik yang besar itu sudah dialirkan ke sejumlah kampung di Kandangan.

Energi yang melimpah itu hanya dimanfaatkan sebanyak 75 keluarga. Dari total kapasitas yang dihasilkan dari PLTMH itu, masyarakat hanya menggunakan sekitar 25.000 KWh. Sedangkan sisanya terbuang sia-sia.

“Jadi kami di sini sampai membuang-buang listrik. Karena kebutuhannya memang cuma segitu. Lampu-lampu di sini bahkan nyala 24 jam non-stop,” ujar pria 47 tahun itu.

Masyarakat pun tidak perlu khawatir saat menggunakan alat-alat elektronik, karena daya yang dihasilkan sangat stabil. Saat hujan menerjang, warga Kandangan juga tidak perlu risau listriknya akan padam.

“Kalau dulu saat masih menggunakan kincir angin sebagai tenaga pembangkit, alat elekronik cepat rusak, karena daya listrik yang dihasilkan kan tidak stabil. Itu juga pengaruh terhadap alat elektronik,” terang dia.

Maintenance PLTMH

Giyanto menuturkan PLTMH ini tergolong mudah dalam perawatan. Selama 10 tahun terakhir, ia mengingat belum pernah terjadi kerusakan. Meski demikian, maintenance atau perawatan perlu dilakukan.

Dia menuturkan pada peralihan musim juga perlu ada pembersihan saluran. Dalam sekali pembersihan, setidaknya membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga jam.

“Kalau musim kemarau, kita melakukan pembersihan dua pekan sekali. Saluran dibersihkan. Saat dibersihkan, turbin akan dimatikan terlebih dahulu,” ujarnya.

pltmh kandangan madiun
Sungai Catur menjadi sumber air untuk menggerakkan turbin di PLTMH Dusun Kandangan, Desa Kare, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Rabu (16/8/2023). (Abdul Jalil/Solopos.com)

Karena PLTMH memanfaatkan jumlah debit air pada aliran sungai, sehingga saat pergantian musim perlu diatur ulang. Semisal musim penghujan, karena debit air meningkat, sehingga debitnya diatur supaya tidak terlalu berlebihan. Sedangkan saat musim kemarau, karena debit air juga berkurang, juga perlu diatur supaya bisa menggerakkan turbin.

“Tapi karena di sini banyak sumber. Air melimpah. Saat musim kemarau pun, kebutuhan air untuk PLTMH masih tersedia. Ini penting diatur supaya listrik yang dihasilkan bisa stabil,” terang dia.

Dikelola Swadaya

Jaringan listrik PLTMH ini sepenuhnya dikelola oleh masyarakat di Dusun Kandangan. Sedangkan hasilnya untuk biaya perawatan pembangkit dan bahkan bisa menyetor uang ke kas desa.

Giyanto menyampaikan untuk biaya per bulan masing-masing rumah berbeda. Tarif itu dibedakan berdasarkan jumlah peralatan elektronik yang digunakan. Bagi keluarga yang hanya menggunakan listrik untuk kebutuhan lampu dan televisi saja, hanya dikenakan tarif Rp20.000 per bulan. Sedangkan untuk keluarga yang memiliki peralatan elektronik seperti televisi, mesin cuci, kulkas, dan lampu akan dikenakan iuran Rp25.000 per bulan.

“Kalau keluarga yang hanya menggunakan lampu cuma dikenakan iuran Rp10.000 per bulan,” ujar dia.



Giyanto menuturkan omzet per bulan dari PLTMH ini mencapai Rp1,3 juta. Omzet tersebut akan digunakan untuk operasional pengelola, uang kas organisasi, hingga menyetorkan pendapatan asli daerah (PAD) ke desa senilai Rp200.000.

“Untuk kas itu bisa sampai Rp500.000 per bulan. Saat ini kami punya uang kas sampai Rp30 juta,” jelasnya.

Dia bersyukur keberadaan PLTMH ini bisa memberikan manfaat kepada masyarakat dan bahkan bisa memberikan pemasukan ke desa. Selain itu, keberadaan PLTMH juga untuk menjaga kelestarian alam. Karena pembangkit listrik ini membutuhkan sumber daya air yang banyak, sehingga diperlukan untuk menjaga sumber air di pegunungan.

“Bukan itu saja, pembangkit ini juga tidak menimbulkan pencemaran alam. Itu yang penting bagi keberlanjutan alam,” katanya.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Madiun, jumlah keluarga yang telah teraliri listrik meningkat setiap tahun. Pada tahun 2020, sebanyak 235.663 keluarga telah teraliri listrik PLN, kemudian pada 2021 meningkat menjadi 244.080 keluarga. Sedangkan pada 2022, meningkat menjadi 248.064 keluarga yang telah teraliri listrik PLN.

Bupati Madiun, Ahmad Dawami, menyampaikan saat ini listrik menjadi kebutuhan dasar masyarakat. Sehingga penyambungan jaringan listrik terus dilakukan.

Namun, dia mengakui ada beberapa wilayah di Kabupaten Madiun yang lokasinya sulit dijangkau dan jaringan PLN sulit masuk. Sehingga penyediaan energi listrik menggunakan energi terbarukan dilakukan.

Dia mencontohkan seperti di Dusun Sekalus, Desa Cermo, Kecamatan Kare, yang berada di tengah hutan Gunung Wilis. Desa tersebut telah menikmati listrik dengan menggunakan pembangkit listrik tenaga surya.

Selain di Sekalus, kata Bupati, juga di Dusun Kandangan, Desa Kare, Kecamatan Kare. Di kampung itu, puluhan masyarakat memanfaatkan sumber daya air untuk pembangkit listrik tenaga mikro hidro.



“Ini menjadi upaya untuk memenuhi kebutuhan listrik di wilayah terpencil yang tidak sulit dijangkau listrik PLN,” kata bupati yang akrab disapa Kaji Mbing, Selasa (5/9/2023).

Menurut dia pemanfaatan sumber daya alam untuk kebutuhan pembangkit listrik tentu akan berdampak pada kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan. Hal ini karena masyarakat harus terus menjaga sumber air supaya pembangkit bisa terus bergerak dan menghasilkan energi listrik.

“Yang terpenting itu kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan supaya energi ini bisa berdampak sustainable,” kata Bupati.





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya