SOLOPOS.COM - Aktivitas permainan tradisional di Kampung Lali Gadget, Kabupaten Sidoarjo. (Abdul Jalil/Solopos.com)

Solopos.com, SIDOARJO — Achmad Irfandi bersyukur kegiatan sederhana yang digagas melalui Kampung Lali Gadget mampu memberikan dampak positif kepada masyarakat. Testimoni-testimoni positif dari orang tua terhadap perubahan sikap anak usai dikenalkan terhadap beragam permainan tradisional menjadi pemicu Irfandi untuk terus  berkreasi di Kampung Lali Gadget.

Kampung Lali Gadget atau KLG yang berlokasi di Dusun Bendet, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, kini dikenal luas oleh publik. Setiap hari ada puluhan orang tua beserta anaknya yang datang untuk bermain dan melupakan sejenak gawai mereka.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Irfandi mengaku tak menyangka gagasan membangun KLG ini diminati banyak orang di tengah arus digitalisasi yang semakin tidak terkontrol. Anak-anak semakin kecanduan terhadap gadget, baik digunakan untuk game online, bermedia sosial, menonton tayangan streaming, dan lainnya.

Banyak orang tua maupun sekolahan yang berbondong-bondong membawa anak-anak untuk datang ke KLG setiap hari. Di kampung ini, anak-anak diajarkan untuk bermain berbagai permainan tradisional dan bermain dengan alam.

Irfandi mengatakan saat ini jumlah permainan tradisional yang dikembangkan mencapai puluhan jenis. Dia mendata ada 25 topik permainan yang dikembangkan, setiap topik terdiri dari tiga sampai empat permainan tradisional.

“Setiap pekan pasti ada tema permainan yang berbeda-beda. Semisal, pekan ini tema permainannya buah-buahan, pekan depannya batu-batuan, dan pekan berikutnya berbeda lagi. Tema permainan itu kami data sudah ada 25 jenis,” terang Irfandi kepada Solopos.com, Sabtu (2/9/2023).

Dia menuturkan permainan-permainan tersebut dikembangkan berdasarkan riset kecil-kecilan yang dilakukan oleh tim KLG. Ada yang berdasarkan cerita-cerita dari para orang tua maupun riset secara online.

kampung lali gadget sidoarjo
Sejumlah anak-anak mengikuti permainan tradisional di Kampung Lali Gadget, Kabupaten Sidoarjo. (Istimewa/Kampung Lali Gadget)

“Kami biasanya tanya kepada para orang tua, kenangan mainanan zaman dulu seperti apa. Pasti kan para orang tua memiliki kenangan mainan masa lalu. Itu yang kami kembangkan,” jelas dia.

Dengan banyaknya ragam permainan tardisional yang dihadirkan, harapannya anak-anak yang datang ke KLG tidak pernah bosan. Anak-anak akan terpacu untuk bermain permainan tradisional yang beragam.

Banyak orang tua yang memberikan testimoni positif saat membawa anaknya bermain ke KLG. Para orang tua itu mengaku anak-anaknya kini berubah karakternya. Ada yang semula anaknya jijik saat melihat sesuatu, tetapi setelah dari KLG sikap jijik-an itu bisa berkurang.

“Itu menjadi testimoni orang tua ya saat anaknya mengikuti kegiatan di Kampung Lali Gadget. Ada yang bercerita justru anaknya mengalami peningkatan kemampuan baca tulis. Padahal di sini, kami hanya mengajak mereka bermain dengan mainan tradisional yang itu memang mengasah motorik anak,” ujar penggagas Kampung Lali Gadget itu.

Tak Anti Gadget

Irfandi menyampaikan di Kampung Lali Gadget sebenarnya tidak anti terhadap gadget. Menurutnya, gadget menjadi salah satu aspek penting dalam kehidupan, apalagi di era serba digital seperti sekarang. Namun, kegiatan di KLG hanya memberikan pilihan lain dalam bermain kepada anak.

“Kami hanya mengimbangi kecanduan terhadap gadget. Kami tidak anti terhadap gadget,” tegasnya.

Untuk itu, saat berada di KLG, seluruh anak melepaskan diri dari gadget mereka dan mulai bersosialisasi terhadap rekan sebayanya sambil bermain dengan permainan tradisional.

Dampak kecanduan gadget terhadap perkembangan anak ini juga perlu diwaspadai orang tua. Seperti yang dikutip dari yankes.kemkes.go.id, Minggu (3/9/2023), kecanduan gadget bisa membuat anak lupa bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Kondisi ini bisa berdampak pada psikologis anak, seperti percaya diri, menghilangkan ketertarikan pada aktivitas bermain atau melakukan kegiatan lain. Faktor-faktor ini yang akan membuat anak lebih bersifat menyendiri. Sehingga anak lebih memilih bermain gadget dibandingkan dengan bermain bersama temannya.

Saat anak sudah kecanduan gadget, anak akan merasa gelisah jika dipisahkan dengan gadget mereka. Kondisi bisa berakibat pada kurangnya kedekatan antara orang tua dengan anak, dan terlebih anak menjadi cenderung introvert.

Dampak-dampak seperti itu, lanjut Irfandi, menjadi salah satu tujuan dari keberadaan Kampung Lali Gadget. Sehingga anak tidak hanya sibuk dengan smartphone mereka, tetapi juga bisa beraktivitas dengan teman sebayanya.

Inspirasi Bagi Komunitas

Keberadaan KLG ternyata mampu menjadi inspirasi bagi berbagai kelompok atau komunitas lain untuk mengkampanyekan hal serupa. Dia menyampaikan sudah banyak komunitas yang datang ke KLG untuk berkolaborasi.

Setidaknya sampai saat ini sudah ada tiga komunitas dari berbagai daerah yang ikut terinspirasi Kampung Lali Gadget dengan melakukan berbagai kegiatan untuk mengurangi kecanduan gadget. Irfandi mencontohkan ada komunitas dari Kabupaten Demak, Jawa Tengah; komunitas dari Probolinggo; dan komunitas dari Sidoarjo. Para pengelola komunitas itu melakukan berbagai kegiatan yang tujuannya sama yakni mengurangi kecenderungan anak terhadap gadget.

“Saya senang ada yang mereplikasi kegiatan di Kampung Lali Gadget. Sehingga ini akan menjadi gerakan bersama,” ujarnya.

Selain berkolaborasi dengan berbagai komunitas, pihaknya kini juga banyak berkolaborasi dengan berbagai perguruan tinggi. Sejumlah mahasiswa dari perguruan tinggi kerap datang untuk belajar bersama dan menjadi sukarelawan dalam berbagai kegiatan di KLG.

“Sekarang kita juga sedang belajar tumbuh kembang anak dengan orang-orang yang memang expert di bidang itu. Jadi kita punya bekal mengenai bagaimana hubungan mainan tradisional dengan tumbuh kembang anak,” kata Irfandi.



Awal Berdiri KLG

Berdirinya Kampung Lali Gadget ini berawal dari berbagai kegiatan literasi, mendongeng, mewarnai, dan bermain permaianan tradisional. Saat itu, Irfandi bersama pemuda desa setempat mengundang anak-anak dari sekolah datang ke tempatnya untuk bermain bersama pada 2018.

Ia tak menyangka inisiasi sederhana itu bisa mendapat sambutan positif dari masyarakat. Tak membutuhkan waktu lama, ratusan anak-anak kemudian hadir dan ikut bermain dalam kegiatan tersebut.

Sejak awal, kata dia, dirinya membuat KLG memang untuk membantu anak-anak supaya tidak kecanduan gadget. Meski dalam perjalanannya banyak jalan berliku, tetapi ia anggap hal tersebut adalah sebagai tantangan.

Hingga akhirnya pada Mei 2020, Irfandi bersama sukarelawan menjadikan Kampung Lali Gadget berbadan hukum resmi. Kegiatan edukasi terkait permainan tradisional pun semakin sering digelar.

Kegigihan Irfandi dan timnya dalam mengelola Kampung Lali Gadget pun mendapat apresiasi dari berbagai pihak. Salah satunya dari PT Astra International Tbk. Irfandi menjadi finalis dalam kategori Penggerak Konservasi Budaya melalui Kampung Lali Gadget di ajang Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya