Jatim
Rabu, 22 Juni 2022 - 19:29 WIB

Bukan Bangsawan, Kenapa Makam Nyi Latung di Ngebel Dikunjungi Peziarah?

Ronaa Nisa'us Sholikhah  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Di tengah-tengah pasar Bale Batur bersemayam makam Nyi Latung Senin (20/6/2022). (Ronaa Nisa’us Sholikhah/Solopos.com)

Solopos.com, PONOROGO — Nyi Latung sudah akrab di telinga warga Ngebel, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, lantaran ada legenda Naga Baruklinting yang menyelamatkannya dari air bah. Padahal, dalam cerita yang diyakini masyarakat, Nyi Latung adalah warga biasa dan dari kaum jelata.

Masyarakat sekitar mempercayai makam Nyi Latung berada di tengah Pasar Bale Batur Ngebel, tepat di bawah pohon besar dan tua. Makam itu sudah tidak ada lagi maesannya lantaran sudah lapuk. Namun, masih banyak peziarah yang mendatanginya.

Advertisement

‘’Yang berziarah itu banyak dari luar kota, misalnya Jakarta, Surabaya, Sumatra untuk meminta wilujeng [keselamatan],’’ kata Darno, juru kunci makam Bale Batur Ngebel, Ponorogo, Senin (20/6/2022).

Darno tidak mengetahui kapan makam Nyi Latung itu ditemukan. Dulu, masyarakat menemukan sebuah rumah beserta makamnya. Di samping makam tersebut ada petilasan yang berupa batu besar. Namanya Bale Batur. Bale diartikan dengan papan, sedangkan batur artinya teman.

Advertisement

Darno tidak mengetahui kapan makam Nyi Latung itu ditemukan. Dulu, masyarakat menemukan sebuah rumah beserta makamnya. Di samping makam tersebut ada petilasan yang berupa batu besar. Namanya Bale Batur. Bale diartikan dengan papan, sedangkan batur artinya teman.

Baca Juga: Kisah Nyi Latung dan Naga Baruklinting di Telaga Ngebel Ponorogo

Mulai tahun 1932, pemerintah beserta masyarakat sekitar membangun makam Nyi Latung. Sebab, dulu berada di tengah hutan. Selain itu, bale batur itu konon masih asli bangunannya dan hanya direnovasi.

Advertisement

Selain dipelihara makamnya, masyarakat juga rutin mengadakan selametan atau kenduri yang dipimpin oleh Darno setiap Jumat Legi. Dulunya dinamakan dengan istilah nyadran dan sekarang diganti dengan selametan.

Apalagi di bulan Selo atau bulan Dzulqodah seperti ini saatnya masyarakat Ngebel untuk berterimakasih pada Nyi Latung dengan mengadakan sedekah bumi. Yakni, dilakukan pada saat bersih desa pada tanggal 14 atau 15 pada penanggalan Jawa.

Baca Juga: Lupa Matikan Tungku Masak, Rumah di Ponorogo Nyaris Ludes Terbakar

Advertisement

‘’Ini bentuk kami berterimakasih ke orang yang babad Desa ini. Bulan Suro nanti ada larungan di Telaga,’’ ujarnya.

Siapa Nyi Latung?

Sementara itu, Gondo Puspito, Budayawan Ponorogo, menerangkan bahwa Nyi Latung adalah anggota masyarakat biasa. Dia kurang berani bersosialisasi dengan masyarakat karena keterbatasan ekonomi. Maka, saat ada pesta atau hajatan Desa dia tidak hadir.

Advertisement

‘’Memang kebijakan masyarakat Jawa kalau tidak punya itu harus lebih sabar dan rendah diri,’’ terangnya.

Pada masa itu strata sosial lebih mencolok dan anak kecil jelmaan naga baruklinting itu malah mendapatkan makanan dari Nyi Latung. Maka, dia berpesan jika ada suara air bah dan teriakan warga segera naik lesung dan membawa centong nasi untuk dayungnya.

Baca Juga: Jambret Dompet Emak-Emak di Ponorogo, Pria Asal Madiun Ditangkap Warga

Cerita itu diabadikan menjadi monument Naga Baruklinting di sudut Telaga Ngebel dan ada Dusun Nglingi. Gondo mengatakan masyarakat Ngebel lebih akrab dengan sebutan telaga Nglingi lantaran dulu kisah legenda itu ada di sana.

‘’Nglingi itu artinya eling-eling atau peringatan atas kejadian yang menimpa warga Ngebel,’’ pungkasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif