SOLOPOS.COM - Hadi Purwanto, 29, kusir bendi di Pantai Teleng Ria Pacitan menunggu penumpang, Sabtu (9/12/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Bencana Pacitan, para pelaku usaha di Pantai Teleng Ria berharap kondisi tempat wisata itu segera bangkit.

Madiunpos.com, PACITAN — Hadi Purwanto, 29, terdiam dan sesekali terlihat mengusir penat dengan menggerakkan badan di bendinya di taman wisata Pantai Teleng Ria, Pacitan, Sabtu (9/12/2017) siang. Hadi menunggu penumpang yang hendak berkeliling pantai.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Sayangnya, hampir tiga jam menunggu tidak ada penumpang menghampirinya dan naik bendi berkuda itu. Taman wisata itu juga terlihat lengang dan hanya ada satu bus pariwisata serta beberapa orang berkaus oranye sedang mendata kerusakan akibat bencana banjir bandang pada akhir November 2017.

Sabtu ini merupakan hari pertama Hadi mulai beroperasi menawarkan jasa keliling Pantai Teleng Ria menggunakan bendi. Sebelas hari setelah bencana terjadi, Hadi tidak bekerja karena harus membersihkan lumpur dan air yang masuk ke dalam rumahnya.

Hadi yang merupakan warga RT 001/RW 008, Kelurahan Ploso, Kecamatan Pacitan, menjadi salah satu korban bencana banjir. Rumahnya digenangi air lebih dari satu meter.

“Baru hari ini mulai beroperasi. Kemarin masih bersih-bersih rumah,” ujar dia saat berbincang dengan Madiunpos.com.

Dia menuturkan baru empat bendi beroperasi pascabanjir melanda Pacitan. Padahal, biasanya ada 30 bendi yang beroperasi di Teleng Ria.

Kemungkinan para kusir bendi masih membersihkan rumah yang terkena lumpur. Selain itu, kemungkinan mereka psimisitis untuk menarik bendi karena kondisi pantai belum sepenuhnya pulih.

Dia pun menyadari kondisi ini karena dimungkinkan wisatawan masih takut untuk mengunjungi Pacitan. Dalam kondisi normal, Hadi mengaku bisa mendapatkan delapan penumpang dalam sehari.

“Saya tujuh tahun menarik bendi di sini. Baru kali ini terjadi bencana besar seperti sekarang,” jelas dia.

Untuk satu kali putaran mengelilingi Pantai Teleng Ria, kata dia, tarifnya Rp30.000. Dia mengaku hanya mengandalkan pekerjaan ini untuk menghidupi anak dan istrinya.

Atas kondisi ini, Hadi mengaku pasrah dan menunggu sampai tempat pariwisata itu bangkit seperti semula.

Selain penarik bendi, kondisi serupa juga dirasakan pedagang makanan di kawasan wisata itu. Salah satunya Dian, pedagang makanan dan es kelapa muda di Pantai Teleng Ria.

Dian mengaku baru tiga hari membuka warungnya pascabanjir bandang. Selama tiga hari, dirinya mengaku harus puas dengan pendapatan yang tak menentu. “Penghasilan menurun banget. Sepi banget setelah banjir,” ujar dia.

Dian berharap kondisi tempat wisata ini segera bangkit dan kembali normal. Sehingga kehidupan pedagang dan pelaku usaha di Pantai Teleng Ria kembali seperti semula.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya