Jatim
Rabu, 9 Mei 2018 - 07:05 WIB

Bawang Merah Impor Banjiri Bojonegoro Jelang Bulan Puasa

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><span><strong>Madiunpos.com, KEDIRI</strong> –&nbsp;</span>Menjelang Ramadan 1439 H, bawang impor mulai membanjiri&nbsp;Pasar Induk Pare di Kabupaten Kediri. Hal&nbsp;itu diketahui <a title="Zakat Fitrah di Kota Madiun Ditetapkan 3 Kilogram per Orang" href="http://madiun.solopos.com/read/20180508/516/915130/zakat-fitrah-di-kota-madiun-ditetapkan-3-kilogram-per-orang">berdasarkan pemantauan</a> yang dilakukan Tim Satuan Tugas (Satgas) Pangan Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Senin (7/5/2018).</p><p>&nbsp;</p><p><span>Tim Satgas Pangan Kabupaten Kediri mendatangi lapak jualan milik Siti Munawaroh. Tim melakukan dialog dan diketahui ada bawang merah impor dari Pakistan. Harga jual bawang impor lebih murah ketimbang lokal.</span></p><p>"Harganya Rp15.000 per kilogram, sedangkan yang bawang merah lokal Rp20.000 per kilogram. Namun, bawang merah impor ini <a title="http://madiun.solopos.com/read/20180508/516/914925/pacitan-masuki-kemarau-warga-diimbau-hemat-air" href="http://madiun.solopos.com/read/20180508/516/914925/pacitan-masuki-kemarau-warga-diimbau-hemat-air">adanya hanya</a> antara Februari hingga bulan Juni, setelah itu akan habis dengan sendirinya," kata Siti di sela pemantauan itu.</p><p><span>Siti mengatakan bawang merah impor ini juga cukup disukai pembeli. Banyak pelanggan yang membeli bawang merah impor, sebab dari sisi harga ada selisih yang cukup banyak.</span></p><p><span>"Bawang merah impor ini biasanya digunakan untuk digoreng sebagai campuran satai, nasi goreng, bakso dan lain-lain," kata dia.</span></p><p><span>Walaupun peminat bawang merah impor cukup banyak, siti menyebut banyak juga masyarakat yang tetap memilih membeli bawang merah lokal, sebab kualitas dan rasanya yang dinilai berbeda.</span></p><p><span>"Sebagian besar masyarakat tetap lebih memilih bawang merah lokal karena kualitas dan rasanya yang berbeda," ujarnya.</span></p><p>Selain di lapak milik Siti,<a title="Pemkot Madiun Bakal Patenkan 12 Motif Batik Madiunan" href="http://madiun.solopos.com/read/20180508/516/914930/pemkot-madiun-bakal-patenkan-12-motif-batik-madiunan"> tim juga sempat dialog</a> dengan para pemilik lapak lainnya. Diketahui, harga sejumlah bahan pokok d pasar tradisional ini ada yang mulai turun. Untuk cabai keriting misalnya, harga sebelumnya adalah Rp30.000 per kilogram, kini turun Rp2.000 menjadi Rp28.000 per kilogram.</p><p><span>Harga cabai besar merah juga sama, dari sebelumnya Rp30.000 per kilogram, juga turun Rp2.000 per kilogram. Cabai rawit justru paling banyak turunnya dari semula Rp24.000 per kilogram kini menjadi Rp20.000 per kilogram.</span></p><p><span>Bawang merah lokal kini juga relatif turun harganya, hanya sekitar Rp27.000 per kilogram di pedagang kecil dan pedagang besar sekitar Rp20 ribu per kilogram. Untuk bawang putih harganya juga turun dari semula Rp18.000/kg menjadi Rp17.000/kg.</span></p><p><span>Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Kabupaten Kediri Tutik Purwaningsih mengatakan tim sengaja turun memantau harga bahan pokok, sebab tugas tim satgas pangan adalah melakukan monitoring, evaluasi dan membina para pedagang terkait bahan-bahan pokok yang ada di pasar dan gudang-gudang penyimpanan barang.</span></p><p><span>"Ke depannya nanti agar tidak terjadi inflasi, kami juga akan mengagendakan sidak-sidak secara berkelanjutan mulai menjelang Ramadan, Lebaran 2018 dan tahun baru. Tujuan kami tidak mencari kesalahan atau apapun itu, tetapi wajib memberikan pembinaan kepada para pedagang agar berjualan tidak menyalahi aturan yang ada," katanya.</span></p><p><span>&nbsp;</span></p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif