Jatim
Kamis, 17 Maret 2022 - 12:48 WIB

Asal Usul Pecel Lele Lamongan yang Tak Ada Pecelnya

Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi pecel lele Lamongan. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Pecel Lele Lamongan adalah salah satu kuliner paling merakyat yang digemari banyak orang di Indonesia. Makanan ini dapat dijumpai dengan mudah di warung tenda pinggir jalan hingga restoran di berbagai kota besar. Namun, satu mungkin banyak pertanyaan tentang mengapa tidak ada pecel dalam sajian pecel lele?

Seorang warga asli Lamongan, Jawa Timur, Baihaqi, mengatakan, nama makanan pecel lele berawal dari pecek lele. Dalam dialek Lamongan, pecek adalah cara menghidangkan makanan dengan dipenyet atau digeprek, kemudian diberi sambal.

Advertisement

“Pecek itu cara menyajikan hidangan dengan dipenyet pakai sambal. Entah kenapa lama-lama penyebutannya jadi pecel,” jelas Baihaqi kepada Solopos.com, Kamis (17/3/2022).

Baca juga: Mitos Pantangan Orang Lamongan Makan Lele: Kulitnya Belang-Belang?

Advertisement

Baca juga: Mitos Pantangan Orang Lamongan Makan Lele: Kulitnya Belang-Belang?

Berdasarkan penelusuran Solopos.com, konon penamaan pecel lele ini terjadi karena pecek mirip dengan kuliner Betawi, pecak yang berupa ikan air tawar goreng atau bakar yang disiram dengan kuah santan. Guna menghindari kemiripan itulah lantas makanan dari Lamongan ini disebut sebagai pecel lele.

Selain namanya yang unik, spanduk warung pecel lele juga sangat ikonik. Jika diperhatikan secara detail, spanduk-spanduk tersebut memang tidak sama persis, namun komposisi yang dipakai bisa dibilang sama. Mulai dari gambar binatang yang dipajang seperti ayam, bebek, dan lele.

Advertisement

Baca juga: Kenapa Warga Asli Lamongan Dilarang Makan Lele? Ini Jawabannya

Desain Spanduk Pecel Lele Lamongan

Berdasarkan penelusuran Solopos.com, dari berbagai sumber, desain spanduk itu memang disengaja sama sebagai identitas warung khas Lamongan, Jawa Timur.

Di Jakarta saja, sejak 1952 sudah ada paguyuban bernama Forum Silaturahmi Putra Lamongan (Pualam). Paguyuban ini bersifat umum, sehingga kumpulan pengusaha kuliner asal Lamongan masuk di dalamnya. Khusus untuk mereka yang bergerak di bidang kuliner, ada perkumpulan rutin satu bulan sekali.

Advertisement
Infografis Spanduk Pecel Lele (Solopos/Whisnupaksa)

Desain spanduk yang sudah menyebar dengan skala nasional ini dibuat dalam partai besar. Seratus meter kain bisa dipakai untuk 10 warung. Biasanya tempat pembuatan menyebar dari mulut ke mulut. Desainnya secara umum juga mengikuti yang sudah ada, sehingga spanduk yang dihasilkan memiliki kemiripan.

Baca juga: Kisah Nyi Lurah di Balik Larangan Makan Ikan Lele Bagi Warga Lamongan

Mengenai pilihan warna yang jatuh ke warna oranye, kuning, dan hijau pembuat spanduk juga memiliki alasan tersendiri. Warna-warna yang digunakan tersebut dipilih karena memberi kesan terang di malam hari, waktu-waktu biasanya warung khas lamongan buka. Dengan warna-warna itu spanduk juga akan lebih terlihat dari kejauhan.

Advertisement

Spanduk pecel lele dan soto khas Lamongan ini biasanya dibuat dengan cara dilukis. Namun seiring bergesernya zaman, teknik-teknik pencetakan baru mulai dipakai.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif