SOLOPOS.COM - Ilustrasi penganiayaan (JIBI/Dok)

Solopos.com, SURABAYA — Seorang anak yang sedang dititipkan di Shelter Anak Berhadapan Hukum (ABH) Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kota Surabaya, Jawa Timur, menjadi korban kekerasan oleh petugas shelter.

Aksi kekerasan petugas shelter itu mencuat setelah ibu korban melaporkan anggota Linmas atau petugas shelter ke pihak kepolisian. Petugas shelter itu dilaporkan ke polisi karena diduga menganiaya salah satu anak penguni baru Shelter ABH yang dikelola Pemkot Surabaya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Ibu korban melaporkan pelaku ke polisi karena anaknya yang berumur 17 tahun disuruh pelaku merayap di atas paving hingga tangannya terluka. Jika tidak menuruti perintah petugas itu, korban diancam dipukuli atau disetrum. Bahkan korban juga sempat dipukul oleh pelaku hingga wajahnya terluka.

Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, mengatakan pemkot telah memecat petugas Shelter ABH tersebut karena menganiaya anak di bawah umur yang dititipkan di shelter tersebut.

“Jadi soal oknum petugas shelter itu kemarin sudah dilakukan pemeriksaan, dan diberikan sanksi yang berat. Kebetulan, itu petugas shelter yang bukan dari pegawai negeri, sehingga kami sanksi, kami pecat, dan kami keluarkan sebagai petugas shelter,” kata Eri yang dikutip dari Antara, Sabtu (4/3/2023).

Wali Kota Eri ingin agar petugas shelter yang terlibat itu dihukum sesuai aturan yang berlaku. Oleh karena itu, dia ingin proses tetap berjalan, meskipun telah dipecat sebagai tenaga kontrak petugas shelter di lingkungan pemkot.

“Sanksi beratnya kami keluarkan. Namun hukum harus tetap berjalan, pemecatannya mulai dari kemarin, satu orang diperiksa,” ujar dia.

Sementara itu, Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Khusnul Khotimah, menyesalkan terjadinya kasus kekerasan anak di Shelter ABH. Dia meminta pelaku kekerasan diberikan sanksi tegas, sebab perilakunya sudah di luar batas dan merusak citra Surabaya sebagai kota ramah anak.

“Surabaya tengah bersiap menjadi Kota Layak Anak Dunia. Dengan masih adanya kasus-kasus kekerasan terhadap anak ini, tentu menjadi penghambat. Untuk itu, kasus semacam ini harus menjadi perhatian serius Pemkot Surabaya,” kata dia.

Awalnya Khusnul mengaku sangat kaget dan prihatin atas terjadinya dugaan kekerasan tersebut.

Menurut dia seharusnya kejadian itu tidak terjadi, apalagi tempatnya di shelter atau rumah aman yang seharusnya memberikan rasa aman kepada para penghuninya.

“Saya sangat prihatin dengan terjadinya kasus ini. Beberapa waktu lalu kekerasan pada anak terjadi di lembaga pendidikan, sekarang di tempat yang seharusnya anak-anak mendapat perlindungan. Ini sungguh miris,” ujar Khusnul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya