SOLOPOS.COM - Kondisi SMPN 3 Saradan yang ada di Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Senin (10/1/2022). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

Solopos.com, MADIUN — SMPN 3 Saradan yang ada di Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, menjadi pilihan anak-anak di daerah perbatasan antara Madiun, Kabupaten Bojonegoro, dan Kabupaten Nganjuk. Bahkan keberadaan siswa dari daerah tetangga itu menutup target pagu di sekolah tersebut.

Kepala SMPN 3 Saradan, Warso, mengatakan keberadaan SMPN 3 ini memang menjadi pilihan warga dari daerah Bojonegoro dan Nganjuk yang rumahnya berada di kawasan lereng Gunung Pandan. Bahkan, jumlah anak didik dari dua daerah tersebut mencapai 50% dari total siswa yang ada di sekolah tersebut.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Sekolah ini memang SLTP negeri terdekat dari wilayah itu. Saat ini tercatat 40% dari total siswa berasal dari Bojonegoro dan 10% berasal dari Nganjuk. Sedangkan 50% dari warga Madiun,” kata dia di sekolah itu, Senin (10/1/2022).

Baca juga: Sekolah di Madiun Ini Jadi Pilihan Warga Bojonegoro dan Nganjuk

Keberadaan anak-anak itu, kata dia, juga menjadi penolong sekolah tersebut dalam memenuhi kuota siswa yang ditentukan. Karena selama ini sekolahnya hanya melayani anak-anak lulusan dari SDN 1 Klangon, SDN 2 Klangon, SDN 1 Sumberbendo, dan SDN 2 Sumberbendo.

“Sekarang ini SDN 2 Sumberbendo juga jarang ke sini. Karena di sana ada di MTs,” kata Warso.

Faktor Jarak

Anak-anak dari dua daerah tetangga itu, jelas dia, selama ini memang bersekolah di SMPN 3 sejak sekolah itu berdiri yakni tahun 1996. Alasan utama mereka bersekolah di SMPN 3 ini karena faktor jarak dari rumah mereka.

“Mereka berangkat ke sekolah naik sepeda motor. Karena memang tidak ada angkutan umum. Rumah mereka ke sekolah membutuhkan waktu sekitar 15 menitan,” kata dia.

Meski berasal dari luar daerah, anak-anak tersebut tetap mendapatkan fasilitas yang sama dengan siswa dari Madiun. Sekitar 60% siswa di sekolah ini juga mendapatkan bantuan siswa miskin (BSM).

“Untuk jumlah siswa dari Bojonegoro dan Nganjuk yang bersekolah di sini memang tergantung dari jumlah lulusan SD dari dua daerah itu. Tapi sekarang memang ada sedikit penurunan karena trennya sekarang pada mondok,” jelas dia.

Baca juga: Banyak Sekolah di Madiun Rusak, Pemkot Kucurkan Rp18 Miliar

Seorang murid kelas IX SMPN 3 Saradan, Rara Eka Budiarti, 14, mengatakan dirinya berasal dari Desa Klino, Bojonegoro. Dia menceritakan SMPN 3 Saradan ini merupakan sekolah paling dekat dari rumahnya.

“Selama ini ya pulang pergi ke sekolah pakai motor. Biasanya bareng teman  boncengan naik motor,” kata dia saat berbincang dengan Madiunpos.com, jaringan Solopos Media Group, Senin (10/1/2022).

Dia mengaku jalan menuju ke sekolah ini paling dekat dibandingkan sekolah yang ada di daerahnya. Selain itu, sejak dahulu banyak warga di desanya yang memang bersekolah di SMPN 3 Saradan ini.

Hal senada juga dikatakan Putri Ayu Nindya Sari, siswi kelas IX sekolah itu. Putri lebih memilih bersekolah di Madiun ketimbang di daerahnya. Alasan utamanya adalah persoalan jarak dan fasilitas jalan.

“Saya biasanya naik motor dari rumah ke sekolah sekitar 15 menit sampai 20 menit,” ujarnya.

Warga Desa Klino itu menuturkan saban hari mendapatkan uang saku dari orang tuanya Rp10.000. Uang tersebut digunakan untuk jajan selama di sekolah. Sedangkan untuk kebutuhan bahan bakar minyak untuk sepeda motornya biasanya diisi Rp16.000 untuk tiga hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya