SOLOPOS.COM - Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA). (ANTARA/HO-Humas Unair)

Solopos.com, SURABAYA — Selama lima tahun berdiri Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya telah berlayar ke 86 pulau yang tersebar di Indonesia. Rumah sakit terapung itu juga mencatat telah melakukan 1.621 operasi bedah umum.

Dekan Fakultas Kedokteran Unair, Prof. Budi Santoso, mengatakan selama lima tahun berdiri, RSTKA telah berkolaborasi dengan 2.200 relawan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Dia mengatakan RSTKA menjadi role model atau contoh untuk seluruh fakultas kedokteran di Indonesia.

“Kalau tidak ada tekad kita bersama, kalau tidak ada semngat yang gigih dari para pengurus dan semua yang terlibat, tidak mungkin usia RSTKA akan bertahan sampai lima tahun,” kata Budi dalam simposium bertema Advanture and Remote Medicine, Senin (13/2/2023).

Dia menyampaikan RSTKA fokus untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan. Khususnya di daerah terpencil, tertinggal, dan terluar.

“RSTKA berhasil mengunjungi 86 pulau, melakukan 1.621 operasi bedah umum dan telah berkolaborasi dengan 2.200 relawan RSTKA. Angka yang tidak sedikit itu merupakan bentuk jerih payah relawan yang bahu membahu memberikan pelayanan kesehatan yang prima kepada masyarakat kepulauan dengan semangat cinta dan ungkapan rendah hari,” jelasnya yang dikutip dari siaran pers.

Direktur RSTKA, Agus Harianto, mengatakan pada tahun kelima ini, RSTKA menggagas sepuluh usulan aspek pelayanan kesehatan daerah terpencil yang menjadi kolegium Ilmu Kedokteran Petualangan dan daerah Terpencil.

Sepuluh usulan tersebut adalah keterpanggilan dengan kekuatan karakter pengabdian, kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama, kemampuan menjangkau daerah yang sulit dijangkau, kemampuan bertahan hidup (survival), ketajaman klinis, pembekalan ilmu kesehatan masyarakat, menghadirkan perubahan multidisiplin berbasis riset dan inovasi, bekerja di daerah dengan setting lintang budaya, serta pemanfaatan telemedicine dan keterampilan visual serta jurnalistik.

“Program ini sangat seksi. Kami bekerja berdasar panggilan dari pulau ke pulau. Dan, ini yang menjadi titik keseruannya,” jelas dia.

Agus meminta kepada Dekan Fakultas Kedokteran Unair untuk menggarap modul pembelajaran FK dengan mata kuliah efektif. Harapannya usulan tersebut bisa membekali calon dokter yang siap untuk membantu menyelesaikan kesehatan di daerah terpencil dan tertinggal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya