Jatim
Minggu, 5 Februari 2023 - 22:21 WIB

15 Ulama Jadi Pembicara Kunci Muktamar Internasional Fiqih Peradaban

Newswire  /  Abdul Jalil  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf saat konferensi pers menjelang Muktamar Internasional Fiqih Peradaban di Kota Surabaya, Minggu (5/2/2023). (ANTARA/HO-PBNU)

Solopos.com, SURABAYA — Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Muktamar Internasional Fiqih Peradaban di Kota Surabaya, Jawa Timur, Senin (6/2/2023). Forum tersebut akan menghadirkan 15 pakar dari dalam negeri maupun mancanegara sebagai pembicara kunci.

Ketua Umum PBNU, K. H. Yahya Cholil Staquf, mengatakan 15 ulama yang akan menjadi pembicara kunci dalam Muktamar Internasional Fiqih Peradaban itu akan mengulas berbagai persoalan kontemporer dari sudut pandang Islam. Mulai dari format negara-bangsa, relasi dengan non-muslim, hingga tata politik global.

Advertisement

“Salah satunya pembahasan tentang posisi Piagam PBB di mata syariat Islam,” kata Gus Yahya dalam konferensi pers jelang muktamar di Surabaya, Minggu (5/2/2023).

Dia berharap hasil muktamar dapat menginisiasi bergulirnya wacana mengenai fikih peradaban dalam konteks global.

“Tujuan dari muktamar adalah menginisiasi diskursus wacana tentang peradaban seperti apa yang hendak kita inginkan bagi masa depan umat manusia,” ujar dia.

Advertisement

Gus Yahya berharap para ulama internasional dapat bersinergi dalam mengupayakan wacana tersebut. Menurutnya, ada kekosongan cukup besar di tengah arus wacana toleransi dan moderasi beragam.

Untuk itu, kata dia, melalui muktamar ini PBNU ingin menjaring pandangan para ulama ahli fikih mengenai hal tersebut.

“Kami hendak memulai satu perbincangan wacana yang serius di kalangan para ulama ahli fikih tentang bagaimana sebetulnya wawasan peradaban itu dikaitkan dengan nilai syariah yang valid,” kata kiai kelahiran Rembang, Jawa Tengah, 56 tahun lalu itu.

Advertisement

Gus Yahya menegaskan, Muktamar Internasional Fiqih Peradaban bukan satu agenda yang kecil, melainkan agenda raksasa. Sebab, hal tersebut melewati pergulatan yang tidak ringan.

Dia memberanikan diri untuk melaksanakannya sebagai proses keilmuan yang valid untuk kebaikan di masa depan.

“Proses keilmuan yang valid tentang bagaimana umat Islam memperjuangkan masa depan peradaban lebih baik untuk semua orang,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif