SOLOPOS.COM - Keluarga dan Aremania pada saat melakukan doa bersama di Pintu 13 Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (1/10/2023). (ANTARA/Vicki Febrianto)

Solopos.com, MALANG — Masih teringat jelas dalam ingatan publik tragedi kemanusiaan saat pertandingan bola antara Arema FC dengan Persebaya di Stadiun Kanjuruhan pada 1 Oktober 2023. Dalam tragedi itu, sebanyak 135 orang meninggal dunia.

Untuk mengingat dan mendoakan para korban tragedi Kanjuruhan, tepat pada satu tahun tragedi itu terjadi, keluarga korban dan ribuan suporter Arema FC atau Aremania menggelar doa bersama untuk para korban pada Minggu (1/10/2023).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Ribuan pendukung Arema FC itu mulai mendatangi kawasan Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada Minggu kurang lebih pukul 16.00 WIB. Aremania dan keluarga korban itu berkumpul tepat di depan Stadion Kanjuruhan yang saat ini tengah direnovasi.

Usai melakukan orasi terkait tuntutan penuntasan Tragedi Kanjuruhan di depan Stadion Kanjuruhan dalam peringatan satu tahun peristiwa tersebut, massa kemudian menuju Pintu 13 untuk berdoa kepada para korban dalam tragedi itu.

Suasana haru mewarnai doa bersama untuk para korban yang meninggal dunia pada peristiwa paling kelam dalam dunia sepak bola Indonesia tersebut. Bahkan, salah satu orang tua korban tidak mampu menahan emosi dan menangis histeris.

“Kembalikan anakku!” teriaknya yang dikutip dari Antara.

Dalam kesempatan itu, salah satu orang tua korban Tragedi Kanjuruhan, Devi Athok mengatakan bahwa hingga saat ini ia dan para keluarga korban Tragedi Kanjuruhan masih mencari keadilan dan berharap hukuman berat bagi para pelaku.

“Hanya dengan itu, kami keluarga korban bisa lega dan menerima hasil hukuman yang ada,” katanya.

Pada 1 Oktober 2022 terjadi kericuhan usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.

Kerusuhan tersebut semakin membesar saat sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut dan pada akhirnya menggunakan gas air mata.

Akibat kejadian itu, sebanyak 135 orang dilaporkan meninggal dunia akibat patah tulang, trauma di kepala dan leher dan asfiksia atau kadar oksigen dalam tubuh berkurang. Selain itu, dilaporkan juga ada ratusan orang yang mengalami luka ringan termasuk luka berat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya