Jatim
Rabu, 24 Oktober 2018 - 18:05 WIB

45 Desa di Ngawi Krisis Air Bersih, Terparah di Bringin dan Pitu

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Madiunpos.com, NGAWI — Sebanyak 45 desa di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, mengalami kesulitan air bersih saat musim kemarau tahun ini. Dari jumlah tersebut, sebanyak 30 desa di antaranya dinyatakan krisis air bersih atau kering kritis. sedangkan sisanya hanya kesulitan air bersih.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ngawi, Eko Heru Tjahjono, mengatakan sesuai hasil laporan dan pantauan petugas di lapangan, kekeringan terparah terjadi di daerah perbukitan Ngawi bagian utara, seperti Kecamatan Bringin dan Pitu.

Advertisement

Guna menanggulangi kekeringan tersebut, ungkap dia, BPBD Ngawi bekerja sama dengan BPBD Provinsi Jawa Timur telah melakukan pengiriman bantuan air secara bertahap. Namun demikian, ia mengakui pengiriman air bersih tersebut belum maksimal karena keterbatasan anggaran.

“Saya berharap warga di desa krisis air untuk bersabar menunggu jatah pengiriman bantuan air. BPBD terus berupaya agar desa yang masuk kategori kering kritis mendapat bantuan air,” ujar Eko Heru kepada wartawan di Ngawi, Senin (22/10/2018).

Untuk diketahui, 30 desa di Ngawi yang masuk kategori kering kritis terdapat di delapan wilayah kecamatan. Yakni, Kecamatan Ngawi terdapat dua desa, Kecamatan Pitu ada lima desa, kemudian, Kecamatan Kedunggalar sebanyak dua desa, Kecamatan Karanganyar delapan desa, Kecamatan Bringin tujuh desa, Kecamatan Karangjati tiga desa, Kecamatan Kasreman dua desa, dan Kecamatan Padas satu desa.

Advertisement

Kondisi kering kritis di antaranya terjadi di Dusun Bowan Timur, Desa Sumber Bening, Kecamatan Bringin. Warga setempat mengaku kekeringan di wilayahnya telah terjadi sejak lima bulan lalu.

“Sumur-sumur warga sudah kering. Daerah sini juga belum mendapatkan bantuan air bersih dari pemerintah,” kata warga Dusun Bowan Timur, Desa Sumber Bening, Kecamatan Bringin, Darmanto.

Guna memenuhi kebutuhan air, warga terpaksa mencari sumber air alternatif di dalam hutan dan perbukitan. Kondisi tersebut selalu terjadi setiap musim kemarau berlangsung. Sebagai solusi jangka pendek atas kondisi tersebut, warga hanya bisa berharap bantuan air bersih dari pemerintah.

Advertisement

Silakan KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Madiun Raya

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif